KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aliran dana asing terlihat masih masuk ke pasar keuangan dalam negeri. Bank Indonesia (BI) mencatat, aliran modal asing masuk sebesar Rp 570 miliar ke pasar keuangan domestik sepanjang pekan pertama di bulan Oktober 2024. Berdasarkan catatan KONTAN, aliran dana asing di pekan pertama Oktober tercatat masuk ke pasar surat berharga negara (SBN). Pembelian neto di pasar SBN senilai Rp 6,3 triliun. Sementara, melansir RTI, aliran dana asing di pasar saham Indonesia tercatat keluar sebanyak Rp 4,47 triliun di seluruh pasar dalam sepekan terakhir. Namun, aliran dana asing di pasar saham tercatat masuk Rp 47,87 triliun di seluruh pasar secara tear to date.
Customer Literation and Education PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Vinko Satrio Pekerti mengatakan, aliran dana asing di pasar SBN dalam sepekan terakhir disebabkan oleh pandangan stabilitas makroekonomi Indonesia serta prospek ekonomi yang positif menjelang dimulainya pemerintahan yang baru. Baca Juga:
IHSG Diprediksi Menguat Terbatas Pada Selasa (8/10), Cek Rekomendasi Saham Berikut “Tentunya
inflow asing juga didukung oleh adanya sentimen positif dari kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang mulai menurun,” ujarnya kepada Kontan, Senin (7/10). Sementara, aliran dana asing yang sudah masuk ke pasar saham di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Misalnya, optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid, perbaikan kinerja para emiten, beberapa sentimen makroekonomi yang positif pada beberapa sektor saham seperti keuangan dan komoditas, serta ekspektasi positif dari rencana kebijakan fiskal dan moneter pemerintah. Menurut Vinko, jika tren penurunan suku bunga acuan BI Rate terus berlanjut, ini bisa menjadi faktor pendorong lebih lanjut bagi aliran dana asing ke pasar SBN. “Suku bunga yang lebih rendah biasanya akan mendorong permintaan yang lebih tinggi untuk obligasi dengan tingkat kupon di atas suku bunga acuan,” ungkapnya. Di sisi lain, penurunan suku bunga juga dapat diharapkan dapat mendukung penguatan daya beli masyarakat. Dampaknya akan positif ke perbaikan kuantitas dan kualitas konsumsi domestik. Jika daya beli masyarakat pulih, maka sektor saham yang terdampak positif secara langsung adalah saham-saham perbankan,
consumer goods, dan ritel. Tak hanya itu, momentum
window dressing di akhir tahun nanti akan memberikan sentimen positif ke kinerja harga saham para emiten. Baca Juga:
IHSG Diprediksi Menguat Terbatas Pada Selasa (8/10), Cek Rekomendasi Saham Berikut Vinko mengatakan, window dressing adalah momen di mana para manajer investasi biasanya mempercantik laporan kinerja portofolionya dengan membeli saham-saham yang berkinerja baik. Hal itu dapat memicu kenaikan harga saham yang diharapkan juga datang dari
inflow asing, khususnya emiten dengan
market cap besar atau sektor saham yang dianggap defensif dan punya fundamental kuat. “Namun investor perlu mencermati juga dinamika kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dan gejolak geopolitik yang berpeluang untuk menekan
inflow asing,” tuturnya. Dalam sebulan terakhir, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (
BBNI) dibeli asing sebanyak Rp 960,5 miliar dalam sebulan terakhir. Lalu, diikuti PT Bank Syariah Indonesia Tbk (
BRIS) dibeli asing Rp 899,5 miliar, PT Astra International Tbk (
ASII) Rp 751,7 miliar, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (
TLKM) Rp 626,9 miliar, dan PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) Rp 460,6 miliar. Masuknya aliran dana asing pada saham-saham seperti BBNI, BBCA, TLKM, dan ASII dalam sebulan terakhir karena faktor likuiditas perdagangannya yang tinggi dan fundamental perusahaan yang kuat. Sementara itu, BRIS dapat menarik minat asing karena pertumbuhan sektor syariah yang pesat di Indonesia. Hingga Agustus 2024, jumlah tabungan haji dan umrah BRIS tumbuh 17%
year on year (YoY). ”Lalu, adanya peningkatan basis pelanggan di berbagai segmen nasabah BRIS, termasuk nasabah
wealth management yang mencapai pertumbuhan 15% secara tahunan,” paparnya. Vinko melihat, ada dua emiten sektor perbankan yang paling menarik untuk dilirik saat
window dressing dan berpotensi mendapat
inflow asing hingga akhir tahun 2024, yaitu BBCA dan
BMRI. Keduanya menunjukkan kinerja yang solid dari segi pertumbuhan kredit dan profitabilitas hingga Agustus 2024, dengan laba bersih yang meningkat dua digit. Lalu, BBCA unggul dalam hal efisiensi dan kualitas aset, dengan NPL yang lebih rendah. Sementara, BMRI mencatat pertumbuhan kredit yang sedikit lebih tinggi, didorong oleh sektor korporasi dan infrastruktur.
“Kedua bank itu mampu menjaga profil risiko yang baik meskipun pertumbuhan kredit berlangsung cukup agresif,” paparnya.
Selain emiten perbankan, sektor pertambangan dan komoditas, seperti
UNTR dan
MDKA, juga menarik untuk diperhatikan hingga
window dressing. “Dengan harga komoditas yang terus menguat dan didukung oleh prospek jangka panjang permintaan komoditas global, terutama dari China, berpotensi untuk mengundang
inflow asing tambahan hingga akhir tahun,” ujarnya. Vinko pun merekomendasikan rekomendasi
buy on weakness untuk BBCA dan BMRI dengan target harga beli masing-masing Rp 10.100 - Rp 10.200 per saham dan Rp 6.700 - Rp 6.775 per saham. Rekomendasi
trading buy diberikan untuk MDKA. Sebelumnya terlihat pola
inverted head and shoulder yang berlanjut hingga hari ini. Uji resistance MDKA terdekat ada di level Rp 2.800 per saham dan level support terdekat di Rp 2.660 per saham. “Waspadai gap bawah di area Rp 2.620-Rp 2.650 apabila harga saham turun menembus rentang harga tersebut,” tuturnya. Baca Juga:
IHSG Dalam Fase Konsolidasi, Cermati Rekomendasi Saham untuk Selasa (8/10) Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat melihat, aliran dana asing kemungkinan masih akan keluar dari pasar saham Indonesia dalam beberapa waktu dekat ini. Hal ini salah satunya disebabkan oleh keluarnya PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) dari Indeks FTSE. “Kalau kasus ini terjadi pada saham kecil, mungkin tidak akan jadi masalah. Namun, BREN ini market cap-nya besar, sehingga jadi contoh buruk di mata investor asing dalam menilai kinerja pasar saham Indonesia,” ujarnya kepada Kontan, Senin (7/10).
Aliran dana asing diperkirakan akan kembali masuk pada bulan November, bersamaan dengan momentum
window dressing. Sektor yang menarik hingga momentum
window dressing adalah perbankan, seperti BBNI, BBRI, dan BMRI. Selain” perbankan, ASII juga menarik hingga akhir tahun 2024,” ujarnya. Teguh pun merekomendasikan beli untuk BBNI, BBRI, BMRI, dan ASII dengan target harga masing-masing Rp 6.000 per saham, Rp 6.000 per saham, Rp 7.000 per saham, dan Rp 6.000 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari