KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas saham emiten besi dan baja belum mampu menceta kinerja mengesankan pada awal tahun 2023. Meski begitu, emiten besi dan baja punya prospek bisnis mumpuni di tengah sejumlah katalis positif yang menaunginya.
Financial Expert Ajaib Sekuritas Asia, Chisty Maryani, melihat potensi pertumbuhan kinerja bisnis besi dan baja pada tahun ini. Permintaan produk besi dan baja berpeluang naik seperti yang diproyeksikan oleh Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA), yang memperkirakan pertumbuhan hingga 6% menjadi 17,3 juta ton. Chisty membeberkan sejumlah katalis positif bagi emiten besi dan baja.
Pertama, bergulirnya proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang diproyeksikan membutuhkan baja sebesar 9,3 juta metrik ton pada tahap I dan II.
Kedua, pembangunan infrastruktur lainnya dari pemerintah maupun swasta, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, hingga sektor energi.
Ketiga, dari pasar konstruksi untuk properti seperti perumahan, apartemen dan bangunan lainnya.
Keempat, kebijakan pemerintah mengenai Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) 10,5% - 12,5% terhadap baja impor.
Baca Juga: BUMI Targetkan Produksi 81,4 Juta Ton Batubara, Simak Rekomendasi Sahamnya Kelima, pembangunan ekosistem kendaraan listrik yang bisa menjadi katalis positif bagi emiten besi dan baja. "Sementara itu, tantangan yang menjadi katalis negatifnya berasal dari potensi penurunan permintaan global seiring dampak perlambatan ekonomi yang telah diprediksi sejak awal tahun 2023," kata Chisty kepada Kontan.co.id, Senin (23/1).
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Rio Febrian menambahkan, selain dorongan dari proyek IKN, faktor tahun politik juga bisa menjadi angin segar bagi emiten besi dan baja. Pasalnya, tahun politik biasa menjadi momentum untuk mengakselerasi pembangunan infrastruktur. "Hal itu berpotensi mendorong peningkatan perolehan kontrak baru emiten konstruksi. Emiten baja dan besi sebagai salah satu sektor prasarana dan sarana konstruksi, diperkirakan dapat menumbuhkan kinerja keuangan," ujar Rio.
Hanya saja,
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya memandang tahun politik bisa menjadi pedang bermata dua. Terutama untuk pembangunan IKN, investor masih cenderung
wait and see bagaimana komitmen pemerintahan mendatang terhadap keberlanjutan megaproyek di Kalimantan Timur tersebut. Sedangkan proyek-proyek infrastruktur lainnya dinilai belum akan mendongkrak profitabilitas secara signifikan. Perkiraan Cheril, investor akan mulai melirik saham emiten besi dan baja pada kuartal ketiga atau keempat, ketika komitmen calon presiden terhadap kelanjutan infrastruktur dan IKN sudah terlihat.
Rekomendasi Saham
Sejurus dengan pandangan di atas, Cheril melihat pergerakan saham emiten besi dan baja masih belum menarik. Dengan mayoritas saham yang masih dalam
strong bearish, Cheril menyarankan untuk
wait and see terlebih dulu. "Sambil menunggu perkembangan IKN dan tahun politik, lebih baik fokus terlebih dulu ke saham-saham yang lagi
trending," ungkap Cheril. Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova turut memandang mayoritas saham masih berada di tren pelemahan harga. Kejelasan terhadap proyek IKN bakal menjadi angin segar yang bisa segera mengakhiri tren tersebut.
Baca Juga: Produsen Mobil Top Dunia Bakal Berinvestasi di Indonesia, Cermati Saham-Saham Ini Ada tiga saham yang menurut Ivan menarik dicermati, yakni PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (
KRAS), PT Gunung Raja Paksi Tbk (
GGRP) dan PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (
ISSP). "Namun tetap lebih baik jika telah mengakhiri
downtrend-nya. Untuk saat ini belum rekomendasi, masih ditunggu saja," sebut Ivan. Sedangkan emiten terkait besi dan baja yang dalam beberapa hari menguat yakni PT Citra Tubindo Tbk (
CTBN) dan PT Lionmesh Prima Tbk (
LMSH), menurut Ivan lebih bersifat spekulatif. Volatilitas jangka pendek bisa saja sebagai momentum
trading, tapi mesti cermat dan hati-hati untuk membatasi risiko. Sementara itu, Rio menjagokan saham KRAS, ISSP dan PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (
GDST). Ketiga saham ini masih memiliki
Price Earning Ratio (PER) yang relatif rendah dibandingkan sektor
basic materials. Masing-masing memiliki PER 3,59x, 4,42x dan 4,92x dibandingkan PER sektoral di 10,88x. Hanya saja, secara teknikal, rekomendasi untuk KRAS masih
wait and see mencermati
support Rp 294 dan
resistance Rp 302. Saran untuk ISSP adalah
hold atau
speculative buy dengan target Rp 250 - Rp 254 dan
stoploss jika merosot di bawah Rp 230.
Rio juga menyematkan rekomendasi
speculative buy untuk GDST dengan
entry level di sekitar area Rp 143. Target berada di Rp 174 - Rp 187.
Stoploss jika merosot melebihi level Rp 134. Sedangkan Chisty menjagokan saham KRAS yang berpeluang naik menuju
resistance terdekat pada level Rp 312. Rekomendasi berikutnya adalah saham GGRP yang berpotensi menguat menuju
resistance di level Rp 520 per lembar saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari