KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (
SMGR) akan menghadapi tantangan karena penjualan semen diperkirakan menurun di akhir tahun ini. Meski demikian ada sejumlah katalis yang bisa menopang kinerja SMGR. VP Marketing, Strategy and Planning PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengatakan, musim hujan yang tinggi memang berdampak negatif pada kinerja SMGR, selain itu kinerjanya juga lesu karena penurunan anggaran infrastruktur 2025 sebesar 5,3% yoy menjadi Rp 400,3 triliun. Adapun permintaan semen telah kontraksi 1,4% selama periode sembilan bulan tahun ini, begitupun penjualan bag volume yang kontraksi sebesar 4,8% yoy. Tetapi volume semen bulk tumbuh sebesar 7,1% yoy.
"Hal itu berkorelasi positif terhadap kinerja SMGR. Dampaknya menekan tren
market share SMGR yang cenderung menurun beberapa kuartal terakhir dengan posisi saat ini di 49,9% atau turun dari sebelumnya sebesar 50,5%," kata Audi kepada KONTAN, Selasa (10/12). Meski demikian, ke depan ada potensi permintaan hunian properti dengan backlog nasional sebesar 9,95 juta unit dan hal ini diharapkan menjaga stabilitas ASP semen bag dan bulk. Selain itu, potensi kenaikan porsi ekspor dari volume dan ASP menjadi katalis menopang pendapatan SMGR ke depan.
Baca Juga: Permintaan Diprediksi Tumbuh Satu Digit, Simak Rekomendasi Semen Indonesia (SMGR) Sementara itu, analis Binartha Sekuritas Eka Rahmawati mengatakan, pada akhir tahun permintaan semen diperkirakan lebih lambat, karena adalah musim hujan dan imbas pilkada pada bulan November. Oleh sebab itu manajemen SMGR memproyeksikan pertumbuhan satu digit yakni sekitar 3%–4% pada tahun 2025. Namun demikian pangan pangsa pasar bisa dipertahankan pada 50%. "Pendukung proyeksi ini adalah stimulus program perumahan dan pemulihan di sektor properti," tulis Eka dalam riset 5 Desember 2024. Analis OCBC Seluritas Budi Rustanto menambahkan, terkait stimulus dan pemulihan properti tersebut. Konsumsi semen domestik diperkirakan tumbuh 2% YoY pada tahun 2024 dan 2025, sebab didukung oleh sentimen pemotongan suku bunga sehingga mendorong permintaan properti. Selain itu proyek infrastruktur pemerintah khususnya program perumahan senilai 3 juta unit, diskon PPN untuk pembelian rumah, hingga kebijakan pemerintah baru untuk meningkatkan daya beli kelompok kelas menengah ke bawah, serta pembangunan ibu kota negara (IKN) baru akan menjadi faktor mendorong permintaan semen pada tahun depan. Maka dari itu, Budi memperkirakan semen kantong naik sekitar 1% dan semen curah sekitar 6%. Sementara SMGR menargetkan volume penjualan semen domestik tumbuh di atas industri atau sekitar 4% YoY pada tahun 2025 dan berupaya mempertahankan pangsa pasarnya sekitar 50%. Terkait penjualan regional dari ekspor dan TLCC, perkiraannya juga bakal meningkat sekitar 10%. "Namun, penyesuaian harga semen dan daya beli yang masih lemah dapat menghambat konsumsi semen nasional," jelas Budi dalam riset 11 November 2024.
Baca Juga: Jaga Pertumbuhan Berkelanjutan, Semen Indonesia (SIG) Terapkan 5 Prinsip GCG Emiten semen ini diketahui akan menaikkan harga jual sebesar 2-3% untuk semen kantong dan 1-2% untuk semen curah di pasar-pasar selektif. Untuk mempertahankan margin, SMGR akan mempertahankan porsi merek utamanya sekitar 75% dari total penjualan kantong. Di sisi lain SMGR tengah membangun dermaga dan fasilitas semen khusus di Tuban, Jawa Timur, yang ditargetkan beroperasi pada tahun 2025. Budi bilang bahwa fasilitas tersebut digadang-gadang akan mendukung ekspor semen ke AS, yang menargetkan lebih dari 500 ribu ton per tahun. Adapun proyek ini merupakan kerja sama antara PT Solusi Bangun Indonesia dan Taiheiyo Cement Corporation. Akhir tahun Budi memproyeksi pendapatan SMGR sebesar Rp 38,23 triliun dengan laba Rp 1,15 triliun. Keduanya lebih rendah, masing masing turun 1,06% dan 47% dari realisasi tahun lalu. Sementara pada 2025, pendapatan SMGR diproyeksi sebesar Rp 37,15 triliun, dengan laba bersih senilai Rp 1,5 triliun. Sedangkan Audi memperkirakan, pendapatan SMGR sebesar Rp 37,28 triliun di tahun ini. Atau turun 3,53% dibanding realisasi di tahun 2023. Hal itu akhirnya menekan laba bersih 42,72% yoy menjadi Rp 1,24 triliun di tahun ini. Audi bilang, asumsi tersebut berdasarkan kinerja hingga September 2024 yang masih mencatatkan penjualan yang terkontraksi sebesar 2,7% yoy sehingga menunjukkan permintaan yang masih lemah, khususnya untuk segmen ritel.
Eka pun memperkirakan, pendapatan SMGR di tahun ini hanya Rp 35,36 triliun dan laba bersih diproyeksi menjadi ke Rp 1,2 triliun.
Untuk tahun 2025, Eka memperkirakan pendapatan SMGR naik menjadi Rp 37,15 triliun dan laba bersih sebesar Rp 1,5 triliun. Eka pun memberikan rekomendasi beli saham SMGR dengan target harga Rp 3.440 per saham. Budi juga merekomendasi Buy dengan target harga Rp 4.300 per saham. Sementara Audi merekomendasikan
Hold untuk SMGR dengan target harga di level 4.260 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari