KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Barisan saham sektor energi dan saham tambang mineral logam di sektor barang baku sedang tertekan. Kedua sektor ini ikut menjadi pemberat Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) yang sedang dalam posisi menukik. IHSG ditutup di level 7.287,19 pada perdagangan Jumat (8/11) dan sudah melemah 2,91% selama sepekan. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengamati, dalam beberapa hari terakhir saham-saham berbasis komoditas sedang volatile. Situasi ini tak lepas dari respons investor terhadap sentimen yang cukup kuat di pasar komoditas energi dan tambang dunia.
Sorotan utama adalah efek dari Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS). Miftahul menilai kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS memengaruhi sejumlah komoditas, terutama aset safe haven. "Pergerakan harga emas baru-baru ini cenderung tertekan," kata Miftahul kepada Kontan.co.id, Kamis (7/11).
Baca Juga: Melempem di Pekan Ini, Begini Proyeksi IHSG pada Awal Pekan Depan Research Analyst Phintraco Sekuritas Muhamad Heru Mustofa melihat hal serupa. Penurunan harga emas kembali ke level US$ 2.670 dari sebelumnya nyaris menuju level US$ 2.800 per troi ons bersamaan dengan sentimen penyelenggaraan Pilpres AS. Kemenangan Donald Trump dan kebijakan yang akan diambilnya berpotensi meningkatkan kinerja pasar saham AS. "Pelaku pasar cenderung memilih instrumen investasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi dan meninggalkan aset
safe haven seperti emas," kata Heru. Di sisi lain, Heru melihat produksi minyak dari AS berpotensi meningkat. Pada saat yang sama, harga minyak dan gas cenderung tertekan seiring kekhawatiran gangguan pasokan yang sudah mereda, akibat eskalasi konflik di Timur Tengah yang mulai menurun. Sementara itu, harga komoditas batubara kembali melandai akibat peningkatan produksi di China. Tapi harga batubara berpeluang kembali menghangat. Selain permintaan saat musim dingin, ambisi Donald Trump mendongkrak kinerja industri AS berpotensi meningkatkan kebutuhan terhadap energi berbasis fosil. Research Analyst Reliance Sekuritas Ayu Dian menyoroti hal yang sama, di mana Donald Trump mengusung kebijakan yang cenderung lebih pro terhadap energi fosil. Hal ini bisa menjadi sentimen bagi saham di sektor energi untuk ke depannya. Di sisi yang lain, pelaku pasar menantikan langkah dari pemerintah China terkait stimulus lanjutan, yang dapat menjadi katalis penting bagi harga komoditas energi dan mineral logam seperti nikel dan timah. Ayu menyarankan
wait and see terlebih dulu sambil mencermati berbagai sentimen tersebut.
Baca Juga: Intip Saham-Saham yang Banyak Dikoleksi Asing di Akhir Pekan Saat IHSG Rebound Research Analyst Stocknow.id Emil Fajrizki menilai sentimen eksternal dan posisi pasar saham saat ini membuat pergerakan saham energi dan tambang cenderung negatif. Meski, ada peluang penguatan pada sejumlah saham, terutama jika ada dorongan dari aksi korporasi. Pada situasi saat ini, Emil menyarankan
trading plan dengan rekomendasi
buy saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) untuk target harga masing-masing di Rp 2.560 dan Rp 4.165. Kemudian,
hold PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) untuk target Rp 1.330 dan
wait and see pada saham PT Timah Tbk (
TINS). Secara teknikal, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menyodorkan saham PT Bukit Asam Tbk (
PTBA), PT Bayan Resources Tbk (
BYAN) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS) di sektor energi. Sedangkan untuk sektor barang baku William menjagokan saham MDKA dan PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) dengan strategi
speculative buy. Heru menyarankan
buy on support MDKA di level Rp 2.250 untuk target harga Rp 2.470 - Rp 2.500.
Buy on support juga untuk ANTM di area Rp 1.515 untuk target harga Rp 1.650 - Rp 1.690. Selain itu, Heru menyarankan
wait and see pada saham PT Vale Indonesia Tbk (
INCO) dan PT Indika Energy Tbk (
INDY).
Miftahul menyarankan
wait and see saham MDKA dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG), serta
trading buy saham ANTM dan PT United Tractors Tbk (
UNTR). Sedangkan Ayu melirik peluang
buy on weakness pada saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (
BRMS).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari