Celengan valas terungkit masuknya dana asing



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia kembali terangkat setelah mengalami tren penurunan sejak Februari 2018 lalu. Tak tanggung-tanggung, peningkatannya pun cukup besar, mencapai US$ 2 miliar.

Bank Indonesia (BI) mengumumkan, cadev akhir November 2018 sebesar US$ 117,2 miliar, naik dari akhir Oktober yang sebesar US$ 115,2 miliar. Menurut BI, peningkatan itu didorong oleh beberapa faktor: mulai dari penerimaan devisa migas, penarikan utang luar negeri pemerintah, dan penerimaan devisa lainnya yang melebihi kebutuhan devisa untuk pembayaran ULN pemerintah.

Dengan demikian, posisi cadev kali ini setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka ini juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.


"BI menilai cadev tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," ujar Direktur Departemen Komunikasi BI Junanto Herdiawan, Jumat (7/12).

Sepanjang November, nilai tukar rupiah memang cenderung menguat ke bawah Rp 15.000 per dollar Amerika Serikat (AS). Pada 30 November 2018 lalu, rupiah menguat ke level Rp 14.399 per dollar AS.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah menyebut, penguatan itu, ditopang oleh derasnya capital inflow seiring tekanan eksternal yang mereda. BI mencatat, inflow sepanjang November, mencapai Rp 35 triliun. Selain itu, pasokan valas dari investor asing pada bulan lalu juga menjadi yang terbesar sepanjang 2018, yaitu mencapai US$ 4,3 miliar.

Desember bisa naik lagi

Ekonom Maybank Indonesia Mayrdal Gunarto memperkirakan, cadev akhir Desember mendatang masih bisa meningkat ke level US$ 120 miliar. Hal itu didorong oleh penarikan utang luar negeri pemerintah dalam denominasi dollar AS alias global bond sebesar US$ 3 miliar beberapa waktu lalu.

Meski demikian, ia tetap mengingatkan bahwa tekanan rupiah masih ada di Desember nanti, lantaran investor mengantisipasi kenaikan bunga the Fed dan kebutuhan dollar yang tinggi di akhir tahun. "Kami proyeksikan rupiah ke level Rp 14.700 pada akhir tahun ini," kata Myrdal kepada Kontan.co.id.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat ada peluang cadev naik ke US$ 119 miliar pada akhir tahun didukung kondisinya global yang lebih stabil pasca kesepakatan China dan AS.Namun, pengaruh eksternal masih harus menjadi perhatian, apalagi dengan kondisi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) Indonesia masih tinggi.

Lihat saja, nilai tukar rupiah kemarin, kembali melemah ke level Rp 14.539 per dollar AS. Pelemahan ini kata BI, karena adanya capital outflow.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara optimistis ekonomi AS yang diperkirakan melambat pada tahun 2019, menyebabkan aliran modal akan kembali ke emerging market. Sebab itu, bank sentral pun optimis rupiah lebih stabil di tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi