MOMSMONEY.ID - Transformasi digital yang pesat telah membawa perubahan besar dalam berbagai sektor kehidupan, terutama dalam perekonomian global. Ekonomi digital kini menjadi salah satu pilar utama dalam pembangunan ekonomi suatu negara, memengaruhi cara bisnis yang dilakukan, menciptakan lapangan pekerjaan baru, serta membuka peluang baru dalam berinovasi dan berkolaborasi. Nailul Huda, Direktur Ekonomi Celios, memproyeksikan, pertumbuhan sektor ekonomi digital pada tahun 2025, mencakup perdagangan daring, transportasi online, pembayaran digital, peminjaman digital, dan
online travel.
Penghitungan proyeksi tersebut menggunakan model ARIMA. Model tersebut efektif dalam menangkap struktur temporal data seperti untuk memprediksi PBD dan indikator ekonomi lainnya. Dalam perhitungan tersebut, Celios menemukan, sektor perdagangan daring atau
e-commerce pada tahun 2024 mengalam kenaikan sebesar 3% atau setara dengan Rp 468,6 triliun dibanding tahun 2023 dengan nilai transaksi hanya Rp 453,7 triliun.
Baca Juga: Tren Adopsi AI dalam Industri Telekomunikasi Namun, Huda memproyeksikan, pada tahun 2025 mendatang, sektor perdagangan daring diprediksikan hanya meningkat 0,5% menjadi Rp 471 triliun. Keadaan ini disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat dan potensi kenaikan tarif PPN yang membuat masyarakat menahan daya beli," kata Huda dalam keterangan tertulis, Kamis (19/12). Dalam sektor transportasi daring, Huda memproyeksikan, sektor ini menunjukkan pemulihan yang konsisten, dengan peningkatan bertahap hingga mencapai Rp 12,66 triliun pada 2025. Huda menambahkan, peningkatan nilai transaksi ini juga terus berpotensi membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat serta menunjukkan optimisme terhadap potensi pasar sektor digital. Di sisi lain, sektor
online travel juga terus mengalami peningkatkan. Pada 2025 Huda menyebutkan, sektor ini diproyeksikan akan bernilai Rp 12,37 triliun atau meningkat sebesar 5,10% dari 2024 yang hanya mencapai Rp 11,77 triliun.
Baca Juga: Laporan Cloudflare Ungkap Indonesia Jadi Pemain Kunci di Era Digital Global Sektor pembayaran digital di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan signifikan. Pada 2025, Huda menyatakan, nilai transaksi pembayaran digital diproyeksikan mencapai Rp 2.908,59 triliun, meningkat tajam dari Rp 2.491,68 triliun pada 2024, atau sekitar 16,73%. Dalam perhitungan pinjaman daring, penyaluran pembiayaan pinjaman daring di Indonesia menunjukkan pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2021, nilai transaksi pembiayaan tercatat sebesar Rp 153,35 triliun, naik signifikan dari Rp 74,41 triliun pada 2020. Huda mencatat, peningkatan ini didorong oleh adopsi teknologi finansial dan kebutuhan pembiayaan yang tinggi selama pandemi Covid-19. Namun, proyeksi ke depan menunjukkan pertumbuhan yang lebih meningkat signifikan, dengan Lending Book diperkirakan mencapai Rp 365,70 triliun pada 2025.
Rani Septya, Peneliti Ekonomi Digital CELIOS, menambahkan, peningkatan ini mencerminkan kepercayaan yang semakin besar terhadap layanan pinjaman digital yang diperkuat oleh penetrasi teknologi, regulasi yang mendukung, serta kolaborasi antara lembaga keuangan tradisional dan platform fintech. Namun, ia mengingatkan, ada tantangan, seperti potensi risiko kredit dan ketergantungan pada teknologi, perlu diatasi untuk memastikan keberlanjutan dan stabilitas sektor pembiayaan digital di masa depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Danielisa Putriadita