JAKARTA. Perbankan menyiapkan berbagai strategi mengantisipasi dampak krisis global. Selain memupuk valas dan lebih selektif menyalurkan kredit ke eksportir, bank juga mengetatkan ikat pinggang. Tujuannya, ketika krisis makin parah dan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) meningkat, bank bisa mengalihkan hasil efisiensi untuk memperbesar biaya pencadangan. Ketua Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan protokol manajemen krisis itu lazim dilakukan perbankan. Ini juga sejalan dengan antisipasi pemerintah dan Bank Indonesia (BI). "Saat krisis pasti bank akan banyak mengeluarkan biaya, maka perlu efisiensi sejak dini," katanya. Menurut Sigit, biaya bank akan meningkat jika NPL naik tidak wajar. Kondisi itu berpeluang terjadi ketika penjualan eksportir ke negara pusat krisis, China dan India merosot drastis. Penurunan pendapatan ini berimbas pada kemampuan pengusaha mengangsur pinjaman.
Cemas biaya bengkak, bank genjot efisiensi
JAKARTA. Perbankan menyiapkan berbagai strategi mengantisipasi dampak krisis global. Selain memupuk valas dan lebih selektif menyalurkan kredit ke eksportir, bank juga mengetatkan ikat pinggang. Tujuannya, ketika krisis makin parah dan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) meningkat, bank bisa mengalihkan hasil efisiensi untuk memperbesar biaya pencadangan. Ketua Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan protokol manajemen krisis itu lazim dilakukan perbankan. Ini juga sejalan dengan antisipasi pemerintah dan Bank Indonesia (BI). "Saat krisis pasti bank akan banyak mengeluarkan biaya, maka perlu efisiensi sejak dini," katanya. Menurut Sigit, biaya bank akan meningkat jika NPL naik tidak wajar. Kondisi itu berpeluang terjadi ketika penjualan eksportir ke negara pusat krisis, China dan India merosot drastis. Penurunan pendapatan ini berimbas pada kemampuan pengusaha mengangsur pinjaman.