KONTAN.CO.ID - GAZA. Situasi di Gaza masih mencekam. Apalagi, tentara Israel masih mengepung wilayah tersebut. Sebagian warga Palestina akhirnya memutuskan untuk keluar dari kota Gaza. Mereka cemas bakal terjadi tragedi Nakba baru. Tragedi Nakba merupakan bencana perampasan massal di tanah mereka setelah Israel didirikan pada tahun 1948.
Melansir
Reuters, ribuan warga Palestina tampak bergerak ke selatan di sepanjang jalan Salah al-Din untuk keluar dari Kota Gaza pada hari Kamis (9/11/2023). Ini merupakan jalan keluar satu-satunya bagi warga sipil Palestina untuk melarikan diri dari pengepungan yang semakin intensif. Saat ini, tank-tank Israel meluncur lebih jauh ke wilayah kantong Jalur Gaza. "Apa yang terjadi di belakang kami? Kehancuran dan kematian. Kami pergi dalam ketakutan," kata seorang wanita bernama Um Hassan. Dia baru saja menyeberang ke Gaza selatan dari wilayah utara yang kecil dan padat penduduknya. “Kami adalah masyarakat miskin Palestina yang rumahnya hancur,” katanya.
Baca Juga: Belgia Serukan Sanksi Terhadap Israel Atas Pengeboman Gaza Dia menyebut kejadian ini sebagai Nakba kedua. Informasi saja, masih terekam di pikiran mereka saat meletusnya perang pada tahun 1948. Pada saat itu, warga Palestina melarikan diri atau diusir dari rumah mereka masing-masing. Banyak yang menyuarakan ketakutannya jika mereka terpaksa meninggalkan rumah mereka, seperti nenek moyang mereka. Mereka cemas tidak akan pernah diizinkan kembali lagi. Sementara itu, militer Israel menegaskan, tujuan mereka menyerang Gaza adalah untuk menghancurkan Hamas, yang menurut mereka menewaskan 1.400 orang dan menculik 240 lainnya dalam serangan 7 Oktober.
Baca Juga: Alasan Mengapa Warga Palestina Tidak Tinggalkan Gaza Selama Pemboman Israel Otoritas kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan pemboman Israel telah menewaskan lebih dari 10.000 orang sejak saat itu. Pasukan Israel selama berminggu-minggu telah meminta warga Palestina untuk keluar dari Gaza utara dan pindah ke wilayah selatan, yang juga tak luput dari serangan bom. Pasukan Israel mengatakan bahwa mereka akan diizinkan kembali ke rumah setelah konflik berakhir. Sejak Rabu, ketika pertempuran semakin meluas hingga ke Kota Gaza, sejumlah besar warga Palestina mulai pindah ke selatan. Khaled Abu Issa, dari Kamp Pengungsi Pantai yang bersebelahan dengan Kota Gaza, mengatakan dia pergi setelah lingkungannya berulang kali dihantam artileri. "Ini adalah kepergian yang sangat sulit. Saya bisa duduk dengan aman di rumah dan Israel datang dan mengusir saya lagi," katanya. Sebagian besar warga Palestina di Gaza terdaftar sebagai pengungsi setelah nenek moyang mereka meninggalkan rumah mereka di perbatasan Israel pada tahun 1948. Sejak 7 Oktober, lebih dari separuh penduduk di wilayah kantong tersebut telah mengungsi.
Baca Juga: Sejarah Awal Mula Konflik Israel-Palestina Beberapa orang yang melakukan perjalanan ke selatan mengatakan kepada Reuters bahwa mereka banyak melihat mayat di pinggir jalan. Kondisi itu membuat takut orang dewasa maupun anak-anak.
“Saat berjalan kami melihat mayat-mayat membusuk. Orang-orang (yang bepergian dengan) mobil sipil, warga sipil seperti kami, bukan kendaraan militer atau anggota Hamas,” kata Abu Issa. Sebagian besar melarikan diri dengan berjalan kaki, membawa apa yang mereka bisa. Saat melewati tank Israel di garis depan, mereka mengangkat tangan untuk menunjukkan kartu identitas. Selain itu, di bagian selatan Gaza, hanya ada sedikit kendaraan yang masih memiliki bahan bakar dan banyak orang harus terus berjalan kaki hingga mereka dapat menemukan tempat berlindung baru, kata mereka. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie