KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Cemindo Gemilang Tbk (
CMNT) menargetkan pertumbuhan produksi semen Perseroan sekitar 3% - 5% di tahun 2024. Direktur Komersial CMNT Sufrindo Kalbu Adi mengatakan, pertumbuhan produksi Perseroan akan sama atau di atas dengan pertumbuhan produksi semen nasional. “Kami akan selalu tumbuh setara atau lebih tinggi daripada pasar. Kalau di industri produksinya 5%, kami bisa tumbuh 5,5% - 6% dalam setahun,” ujarnya saat ditemui Kontan beberapa waktu lalu.
Melansir keterbukaan informasi BEI, CMNT mencatat produksi untuk semen kantong dan semen curah dari dua negara, yaitu Indonesia dan Vietnam.
Baca Juga: Mentas dari Kerugian, Cemindo Gemilang (CMNT) Meraup Laba di 2023 Pada 2023, CMNT memproduksi 3,3 juta ton semen kantong dan 1,5 juta ton semen curah di Indonesia. Di Vietnam, CMNT memproduksi 1,7 juta ton semen kantong dan 1,6 juta ton semen curah pada tahun lalu. Sufrindo melihat, industri semen di Indonesia masih sangat prospektif. Hal ini didorong oleh pertumbuhan pembangunan yang masih menjadi fokus kebijakan pemerintah. “Konektivitas akan memunculkan pusat ekonomi baru dan pertumbuhan pembangunan jadi terdorong. Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan ini positif dampaknya ke industri semen,” Meskipun begitu, tantangan industri semen juga semakin sengit. Menurut Sufrindo, produsen semen masih berjumlah sekitar tujuh produsen pada 10 tahun lalu.
“Saat ini, produsen semen sudah mencapai 30 produsen dengan beragam variasi produk, mulai dari premium hingga solution based,” paparnya. Oleh karena itu, CMNT memasang sejumlah strategi untuk menjaga kinerja perusahaan. Untuk jangka pendek, Perseroan akan berfokus pada efisiensi kinerja dan inovasi produk. Efisiensi ini meliputi dari sisi produksi, logistik, hingga komersial.
Saat ini, produksi CMNT sudah menggunakan
alternative fuel and raw (AFR) material dan mengurangi penggunaan batubara. Langkah ini merupakan salah satu kontribusi CMNT dalam mengurangi karbon dioksida. Di sisi lain, harga batubara saat ini sudah tinggi. Penggunaan AFR diyakini mampu mengurangi biaya energi. “Kami sudah menggabungkan antara batubara dengan sekitar 5% - 10% bahan bakar alternatif lain, seperti sekam padi,” paparnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .