Central Omega Resources (DKFT) bidik pendapatan Rp 1,58 triliun di tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) membidik pendapatan sebesar Rp 1,58 triliun pada tahun 2021. Target ini lebih tinggi 39,26% year on year (yoy) dari raihan tahun 2020 yang sebesar Rp 1,14 triliun.

Direktur DKFT Feni Silviani Budiman mengungkapkan kenaikan target pendapatan ini bakal ditopang dari penjualan bijih nikel yang mencapai 1,1 juta ton di tahun ini. Adapun, mayoritas bijih nikel bakal dipasok untuk kebutuhan smelter eksternal. "Kebutuhan internal tidak terlalu banyak karena smelter (kami) juga sudah membeli dari tambang sekitar," kata Feni dalam gelaran Public Expose Virtual, Senin (30/8).

Nantinya, dari total volume 1,1 juta ton, sebesar 140 ribu ton bakal dipasok untuk smelter internal DKFT dan sisanya sebesar 960 ribu ton untuk kebutuhan eksternal.


Hingga semester I 2021, realisasi penjualan telah mencapai 439.235 ton atau setara 39,93% dari target dimana serapan bijih nikel untuk smelter internal mencapai 6.338 ton sementara penjualan ke eksternal mencapai 432.897 ton. Sementara itu, penjualan ferro nikel ditargetkan mencapai 108.000 ton dimana hingga semester I 2021 realisasinya mencapai 46.250 ton atau setara 42,82%.

Baca Juga: Saham NIkel dan Otomotif Tersengat Lagi Euforia Mobil Listrik

DKFT juga menargetkan dapat meningkatkan kinerja bottom line di tahun ini. Merujuk laporan keuangan DKFT, hingga semester I 2021, DKFT membukukan pendapatan mencapai Rp 764,94 miliar atau setara 48,12% dari target yang dipatok sebesar Rp 1,58 triliun.

Adapun, raihan pendapatan di semester I 2021 ini meningkat 64,75% yoy ketimbang periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 464,29 miliar. DKFT sukses mencetak laba bersih sebesar Rp 2,53 miliar pada semester I 2021. Sebelumnya pada semester I 2020 DKFT masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 85,13 miliar.

 
DKFT Chart by TradingView

Feni mengungkapkan raihan positif kinerja di semester I 2021 bisa dicapai dalam kondisi tambang dan smelter yang belum berproduksi dengan kapasitas penuh. Untuk itu, pihaknya berharap target tahun ini bisa tercapai.

Feni menambahkan, di tengah tantangan pandemi covid-19 dan juga penjualan ekspor yang tak lagi dimungkinkan, pihaknya siap memaksimalkan pasar yang ada saat ini termasuk juga menjaga tingkat kebutuhan smelter yang dimiliki. "Mengenai bijih nikel ke smelter sebetulnya tidak ada kekhawatiran sampai saat ini. Kami selalu standby untuk suplai ke smelter kami," jelas Feni.

Selanjutnya: Kemenperin: Ekspor industri pengolahan meningkat 31,36% yoy

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .