CEO Baru Ingin Jadikan Starbucks Kembali Sebagai Kedai Kopi Lagi



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Starbucks, yang mengalami penurunan penjualan akibat pergeseran dari kedai kopi tradisional ke model pemesanan melalui ponsel, berencana untuk kembali ke akar sebagai "kedai kopi komunitas" di bawah kepemimpinan CEO barunya, Brian Niccol. 

Niccol mengungkapkan rencana tersebut dalam surat kepada karyawan dan pelanggan pada hari keduanya menjabat.

Niccol, yang dikenal sebagai sosok yang mampu melakukan perbaikan di industri restoran, berkomitmen untuk mengembalikan suasana Starbucks dengan penambahan kursi yang nyaman, desain yang lebih baik, dan pemisahan jelas antara layanan "untuk dibawa pulang" dan "untuk dinikmati di tempat". 


Baca Juga: Saham Starbucks Melonjak 20% Pasca Pengumuman Brian Niccol Sebagai CEO Baru

Ia mengakui bahwa Starbucks telah menyimpang dari inti bisnisnya dan bertekad untuk meningkatkan pengalaman di dalam toko agar mencerminkan ciri khas Starbucks.

Starbucks telah menghadapi penurunan penjualan selama dua kuartal berturut-turut, dengan pelanggan mengeluhkan harga tinggi, pesanan lambat melalui aplikasi, dan pilihan makanan yang kurang menarik. 

Perusahaan juga menghadapi tekanan dari karyawan dan investor, serta gelombang pengorganisasian serikat pekerja yang mencerminkan frustrasi terhadap kondisi kerja, gaji, dan tunjangan.

Baca Juga: Starbucks Tunjuk CEO Resto Cepat Saji Chipotle, Brian Niccol jadi CEO Baru

Saat ini, Starbucks sedang bertransisi ke model bisnis yang lebih didorong oleh teknologi, dengan lebih dari 70% penjualannya berasal dari aplikasi seluler dan layanan drive-thru di sekitar 9.500 toko di Amerika Serikat. 

Niccol telah mengunjungi beberapa toko dan berbicara dengan karyawan serta pelanggan, mengidentifikasi masalah seperti transaksi yang terasa impersonal, menu yang membingungkan, dan waktu tunggu yang lama.

Niccol menekankan pentingnya memberdayakan barista dengan alat dan waktu yang cukup untuk membuat minuman yang berkualitas. Ia juga mengakui bahwa pesanan melalui ponsel dapat menumpuk dan membebani pekerja.

Baca Juga: Warren Buffett dan Bill Gates Rajin Koleksi Saham Emiten Makanan Cepat Saji

Meskipun Niccol tinggal di Newport Beach, California, dan belum pindah ke kantor pusat Starbucks di Seattle, perusahaan menyatakan bahwa ia akan membagi waktunya antara toko-toko, kantor pusat, dan interaksi dengan karyawan Starbucks di seluruh dunia.

Editor: Noverius Laoli