JAKARTA. Menabung sudah menjadi kebiasaan bagi Gunawan,
Chief Executive Officer (CEO) PT Indomobil Finance Indonesia. Uang jajan yang diperolehnya sebagian selalu disisihkan. Namun, memulai berinvestasi memang baru ia mulai setelah bekerja. Awalnya, dia memilih masuk deposito. Setelah belajar keuangan, Gunawan kemudian mencoba menempatkan investasinya ke instrumen lain, seperti saham dan reksadana. Gunawan sudah mengecap manis pahit berinvestasi di saham. Pertama kali, ia berinvestasi di saham pada tahun 1996. "Saat itu banyak perusahaan yang IPO (
initial public offering), teman ajak coba-coba," kata dia. Benar saja, saham perusahaan yang ia pegang harganya terus naik.
Namun, cobaan mulai datang. Dua tahun berselang, krisis ekonomi menghampiri Indonesia. "Harga saham pada terjun bebas," kenang dia. Saham perbankan yang ia pegang saat ini justru anjlok paling dalam. Apa mau dikata. Maksud hati menangguk ikan besar, namun tertangguk batang. Bukan untung yang ia dapat tapi rugi yang datang. Gunawan sempat berharap, setelah krisis reda harga saham miliknya akan kembali naik. Namun bank tersebut justru dilikuidasi oleh pemerintah. "Saya masih punya sertifikat saham bank itu di rumah," ujar dia. Akibatnya, investasinya pun lenyap. Kesibukan pekerjaan yang sangat padat membuat pria kelahiran Bogor ini sulit berinvestasi di saham. "Harus ada waktu mengamati market," alasan dia. Gunawan pun memutuskan meninggalkan investasi saham dan beralih ke reksadana. Pria ini mencoba peruntungan di reksadana. Dia memilih reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang sesuai dengan tipe dia konservatif - moderat. Maklum, risikonya lebih minim dibanding saham. Selain itu, reksadana lebih mudah karena dikelola oleh manajer investasi sehingga tidak perlu menghabiskan waktu mengamati kondisi pasar. Suka coba hal baru Kini, ia sudah merealisasikan keuntungan dan menutup reksadana miliknya. Sarjana ekonomi akuntansi ini mengubah portofolio jika target investasinya telah terpenuhi. "Saya ini orang yang suka mencoba hal baru, kalau ada instrumen investasi baru dan sesuai dengan karakter, saya akan masuk," tutur dia. Ia juga mengaku pernah berinvestasi di Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri pertama. Namun, sekarang portofolio Gunawan berupa deposito, asuransi dan properti. Sekitar 60% properti, 30% deposito dan sisanya asuransi. Gunawan memilih properti karena sesuai dengan karakter dirinya yang konservatif. Ayah dua orang putri ini memilih investasi properti yang di dalam kota. Menurut dia prospek properti di kota besar seperti Jakarta cukup bagus, kenaikan harganya cepat. Lahan di Jakarta tidak banyak, sementara penduduknya terus bertambah. "Investasi di properti sudah saya perhitungkan, sementara kalau untuk kebutuhan jangka pendek atau dana darurat sudah saya pisahkan," papar dia. Selain itu ada kebutuhan sang buah hati. "Saya menyiapkan pendidikan mereka, dan properti adalah instrumen yang sesuai dengan karakter saya. Bisa mengejar
return yang lumayan alias di atas inflasi," kata Gunawan.
Gunawan bilang, kunci sukses berinvestasi adalah berani menjajaki instrumen baru tapi harus disesuaikan dengan karakter diri. Tetap evaluasi agar pertumbuhan stabil. Komposisi dalam berinvestasi juga harus disesuaikan dengan perkembangan instrumen yang ada. "Tujuannya agar selalu terbarukan dan tetap dinamis," terang dia. Selain itu, seseorang harus menyiapkan mental dengan risikonya. Tentu dengan semakin besar keuntungan yang diperoleh maka risiko juga akan semakin besar. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: