WASHINGTON. Produsen perangkat lunak terbesar di dunia asal Amerika Serikat (AS), Microsoft Corporation akan kehilangan salah satu aset terbesarnya.
Chief Executive Office (CEO) Microsoft, Steve A.Ballmer telah mengumumkan rencananya untuk pensiun dari Microsoft dalam waktu 12 bulan ke depan. Rencana itu diumumkan Ballmer pada Jumat (23/8). "Tidak pernah ada waktu yang tepat untuk jenis transisi. Tetapi sekarang adalah waktu yang tepat," kata Ballmer dalam sebuah pernyataannya.
Namun, Ballmer tidak menjelaskan secara rinci alasannya untuk pensiun dari konglomerasi bisnis milik miliuner AS, Bill Gates tersebut. Pria yang kini berusia 57 tahun itu hanya mengatakan, niatnya meninggalkan Microsoft merupakan langkah awal dari harapannya selama ini. Dia percaya, saat ini Microsoft butuh seorang eksekutif yang akan memimpin perusahaan dalam waktu lebih lama. "Saya berpikir ini adalah waktu yang tepat untuk pensiun di tengah-tengah transformasi Microsoft sebagai perusahaan perangkat dan layanan. Kami perlu CEO yang akan berada di sini dalam jangka panjang untuk memberikan arahan baru,” tegas Ballmer. Awal tahun ini, Microsoft mengumumkan restrukturisasi besar untuk membuat perusahaan lebih lincah dan tidak rentan menghadapi persaingan. Ballmer mengatakan, restrukturisasi bisnis itu akan membantu Microsoft menjadi sebuah perusahaan perangkat dan layanan, yakni perpaduan
bisnis software dan
hardware. Ballmer bergabung dengan Microsoft pada bulan Juni 1980 dan telah menjadi karyawan selama 30 tahun. Dia adalah Manajer Bisnis pertama Microsoft yang direkrut oleh Bill Gates, mantan CEO sekaligus pendiri perusahaan. Namun, Ballmer, yang mengempit sekitar US$ 12 miliar kapitalisasi saham Microsoft, dinilai kalangan analis dan investor telah gagal membuktikan dirinya sebagai nakhoda perusahaan. Dia dianggap akan meninggalkan sebuah perusahaan yang sangat berbeda dari kondisi sebelumnya, di mana pada era tahun 1990-an Microsoft menjadi raksasa perangkat lunak yang cukup disegani. Pada tahun 2000, ketika Ballmer mengambil alih posisi CEO Microsoft dari Bill Gates, saham perusahaan bertengger di posisi US$ 60 per saham. Namun, pada 2009, nilai saham Microsoft terjerembap di level US$ 15 per saham. Di bawah kepemimpinannya, Microsoft dinilai gagal memanfaatkan perubahan besar terpenting dalam industri teknologi, termasuk ketika munculnya produk perangkat mobile dan mesin pencarian Internet. Ballmer telah menyaksikan Apple, kompetitor lama Microsoft yang hampir bangkrut di akhir 1990-an dan Google, yang bahkan tidak ada sampai periode tersebut, mengalami lonjakan nilai saham. Tak pelak, dalam beberapa tahun terakhir, sebagai CEO, Ballmer telah menghadapi berbagai kritikan dari investor dan analis akibat keterpurukan saham Microsoft.
Pun begitu, dalam pernyataannya pada Jumat kemarin, manajemen Microsoft memastikan bahwa keputusan Ballmer untuk meninggalkan perusahaan sepenuhnya atas kehendak pribadinya. Manajemen Microsoft juga menyatakan, Ballmer akan tetap memimpin perusahaan sampai calon penggantinya dipilih oleh sebuah komite khusus yang dibentuk dewan direksi. Komite khusus itu terdiri dari John W. Thompson, Komisaris Independen dan Bill Gates, Chairman Microsoft. Komite khusus akan mempertimbangkan dua kandidat yang berasal internal dan eksternal perusahaan. Microsoft juga telah mempekerjakan sebuah head hunter atau perusahaan pencari eksekutif untuk mencari pengganti Steve Ballmer.
Editor: Dikky Setiawan