KONTAN.CO.ID - Chief Executive Officer (CEO) Nissan Hiroto Saikawa yang dilanda skandal memutuskan untuk berhenti pada hari Senin (9/9). Keputusan itu diambil beberapa hari setelah Saikawa mengaku dibayar berlebihan dan melanggar prosedur internal perusahaan. Produsen mobil Nissan, yang diguncang tahun lalu oleh kepergian pahit ketuanya Carlos Ghosn karena dugaan pelanggaran keuangan, mengatakan Hiroto Saikawa akan mundur minggu depan.
Baca Juga: Jepang dan Prancis pererat kerja sama dalam pengembangan teknologi mobil Ketua saat ini, Yasushi Kimura mengatakan kepada wartawan: "Saikawa baru-baru ini telah mengindikasikan kecenderungannya untuk mengundurkan diri, dan sejalan dengan keinginannya untuk menyerahkan tongkat estafet kepada generasi pemimpin baru di Nissan, ia akan mengundurkan diri pada 16 September," ujarnya seperti dilansir
news.sky, Senin (9/9). Nissan mengatakan,
Chief Operating Officer Yasuhiro Yamauchi akan menjadi penanggung jawab sementara sejak tanggal itu dengan tujuan menunjuk seorang penerus permanen pada akhir Oktober. Saikawa mengajukan pengunduran dirinya pada hari Senin setelah mengakui bahwa ia telah menerima pembayaran yang melanggar kebijakan perusahaan, tetapi tidak ilegal, segera setelah penyelidikan internal. Itu adalah penyelidikan yang sama yang mengarah pada penangkapan Ghosn, yang saat ini dalam jaminan dan menunggu persidangan di pengadilan Tokyo atas tuduhan yang dia bantah. Saikawa mengatakan dia tidak tahu tentang ketidakwajaran pembayaran, yang dilaporkan oleh media Jepang mencapai ratusan ribu dolar, dan menyalahkan sistem yang menurutnya dibuat oleh Ghosn di Nissan.
Baca Juga: Pemerintah persilakan investor impor mobil listrik Investigasi pelanggaran telah menguji kemitraan perusahaan dengan Renault, yang memiliki 43% dari Nissan, ke titik puncaknya. Ketua Renault Jean-Dominique Senard masuk jajaran calon terfavorit menggantikan Saikawa. Penyelidikan juga terjadi di tengah krisis terhadap sektor otomotif yang lebih luas dimana sektor penjualan berada di bawah tekanan dan dampak perang perdagangan AS-China juga turut mengurangi permintaan. Penjualan dan keuntungan perusahaan tercatat turun selama setahun terakhir. Kondisi ini memaksa perusahaan untuk memotong ribuan pekerjaan karena melihat masa depan untuk kendaraan listrik.
Editor: Noverius Laoli