KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi Fajar R. Hidajat,
Chief Executive Officer (CEO) PT Syailendra Capital, investasi mesti dilakukan secara konsisten dan berorientasi jangka panjang. Dengan begitu, hasil investasi yang diperoleh tidak hanya menambah penghasilan, namun juga terpenuhinya kebutuhan pada hari tua nanti. Pengalaman investasi Fajar sebenarnya tak jauh-jauh dari dunia pasar modal. Maklum, lebih dari 20 tahun, dia berkarir di industri tersebut, mulai dari menjadi analis hingga bekerja di perusahaan pengelola dana. Pria kelahiran 48 tahun silam ini mulai berinvestasi sejak 1996. Instrumen yang dipilih adalah saham. Saat itu, kondisi dunia investasi di Indonesia belum seperti sekarang. Sebagian besar proses transaksi masih manual. Informasi seputar cara berinvestasi pun tidak mudah di dapat, sebab masih minim akses internet.
Saya dapat pengetahuan tentang investasi dari buku-buku teks yang saya baca, kenang lulusan
accounting Universitas Padjadjaran ini. Saat awal berinvestasi, Fajar sempat berpikir bahwa investasinya itu bisa mendatangkan cuan dalam waktu singkat. Tapi, ternyata tidak. Berinvestasi justru harus dilakukan jangka panjang. Paling tidak lima atau 10 tahun ke atas, tutur dia. Sepuluh tahun berselang, Fajar merambah instrumen lain. Dia menjajal reksadana saham. Apalagi, saat itu dia beralih bekerja di perusahaan aset manajemen. Reksadana saham dipilih lantaran menjanjikan imbal hasil optimal dalam jangka panjang. Dia pun selalu memilih produk racikan perusahaan tempatnya bekerja. Strateginya terbilang sederhana. Fajar rutin menyisihkan sebagian penghasilannya setiap bulan alias
autodebet pada reksadana saham. Jumlah dana yang diinvestasikan selalu sama, terlepas dari kondisi di pasar saham. Dia menyadari, naik-turun imbal hasil reksadana saham akibat risiko pasar merupakan hal yang wajar. "Asalkan konsisten, cepat atau lambat imbal hasil yang diperoleh akan naik secara berkelanjutan," ujar Fajar. Namun seiring kesibukan dan pertambahan usia, kini dia hanya fokus mengoleksi instrumen reksadana. Ajari anak-anak Fajar kini mulai mewariskan pengalaman investasinya kepada buah hatinya. Terlebih dua dari empat anak-anaknya sudah punya penghasilan sendiri. Bahkan, saat ini, 35% dari penghasilan bulanan kedua anaknya itu dipotong untuk keperluan investasi. Fajar berpegangan pada wejangan Warren Buffet. Investor kawakan asal Amerika Serikat itu bilang investasi jangan dilakukan dengan dana yang tersisa. Artinya, ketika seseorang memperoleh penghasilan, sebaiknya sebagian digunakan untuk investasi. Sisanya digunakan untuk keperluan konsumsi. Sebab, jika pola pikir yang digunakan sebaliknya, ada kemungkinan dana untuk investasi hanya sedikit. Alhasil, potensi keuntungan juga kurang optimal. "Pesan ini yang ingin saya tanamkan ke anak-anak," imbuh Fajar. Tentunya, dia membekali anak-anaknya dengan kiat-kiat berinvestasi sekaligus saran mengenai saham atau reksadana yang berpotensi memberi cuan optimal. "Tapi, yang mengeksekusi mereka sendiri," imbuh dia.
Seperti halnya Fajar, anak-anaknya diarahkan untuk berinvestasi jangka panjang. Dia menganjurkan agar dana yang diinvestasikan jangan diambil dalam waktu 10 tahun. Bahkan, jika memungkinkan, ditahan hingga masa pensiun. Walau tidak mudah dan terkadang ada godaan untuk merealisasikan untung, namun Fajar menekankan agar anak-anaknya berpegang pada prinsip itu. Dia meyakini cara tersebut akan mendatangkan manfaat yang luar biasa di masa depan. "Buat mereka, dapat return 10% saat ini belum terasa. Tapi seiring berjalannya waktu pasti akan terasa return-nya," ucap Fajar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi