CEO Unilever: Kita menghadapi dekade kelam Eropa



LONDON. Chief Executive Officer (CEO) Unilever, Paul Polman beranggapan, Eropa tengah menghadapi 10 stagnasi ekonomi. Sementara Amerika Serikat (AS) harus bergulat dengan munculnya kelompok masyarakat yang miskin mendadak karena sangat bergantung pada tunjangan pemerintah.

"Kami berada dalam satu dekade pertumbuhan ekonomi yang lambat di Eropa, dan saya tidak melihat akan ada perubahan," ujar Polman. Menurutnya, hal itu mau tak mau akan mempengaruhi bisnis Unilever. Jika berasumsi bahwa ekonomi akan membaik, menurutnya hal itu seperti halnya membodohi diri sendiri.

"Saya berharap, ekspektasi terhadap Eropa tersebut salah. Namun pada akhirnya kita harus mengambil posisi yang baik dan menjadikannya sebagai titik awal. Inilah kunci untuk melihat kenyataan," ujarnya.


Polman mengamati, penurunan indeks keyakinan konsumen di AS membuat orang khawatir bahwa pemulihan ekonomi dunia akan berjalan sangat lambat. Laju pertumbuhan ekonomi hanya menyentuh titik 2% dan 46 juta orang mengandalkan tunjangan pemerintah untuk bertahan hidup.

Agar tak larut-larut terseret dan tenggelam oleh krisis global, perusahaan yang berbasis di London-Rotterdam ini telah menyesuaikan diri dengan memotong biaya produksi dan memperluas ekspansi di negara berkembang seperti Indonesia. Strategi pemasaran juga di tempuh dengan lebih banyak memproduksi sampo berbiaya rendah seperti Suave.

Analis di Berenberg Bank dan RBC Capital Markets meramal, produsen body spray merek Axe dan mayones Hellmann ini hanya akan mengantongi kontribusi dari AS sebesar 16% dari total pendapatannya senilai 50 miliar euro atau setara dengan US$ 65 miliar dan mendapat pemasukan dari Eropa sebesar 25%.

Editor: