Cepu loyo ancam produksi minyak nasional



JAKARTA. Pasca gangguan akibat kericuhan di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu Agustus 2015 lalu, hingga kini produksi minyak bumi masih tetap 80.000 - 85.000 barel per hari (bph). Padahal, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) dan ExxonMobil pernah menyatakan akan meningkatkan produksi hingga 205.000 barel per hari.

Menurut Kepala Humas SKK Migas Elan Biantoro hingga minggu kedua bulan November 2015, produksi minyak di Blok Cepu belum mencapai 205.000 bph. "Sekarang produksinya masih di 80.000-an bph. Masih sama seperti kemarin. Di akhir November ini lah mulai meningkat," kata Elan kepada KONTAN pada Selasa (17/11).

Menurut Elan, Hal ini terjadi lantaran banyak hal, termasuk masih dilakukan uji coba pada mesin baru. "Kalau mesin yang baru dibangun pasti ada satu dua yang lagi di-commissioning atau terus diuji coba," jawab Elan.


Meski begitu, Elan berharap di pertengahan atau akhir Desember 2015, produksi minyak di Blok Cepu bisa mencapai 165.000 bph.

Sementara pihak ExxonMobil Indonesia melalui anak usaha Exxonmobil Cepu Limited (EMCL), yang juga kontraktor di Blok Cepu meyakinkan produksi minyak di Lapangan Banyu Urip akan terus meningkat dalam beberapa bulan ke depan.

"Produksi dari Banyu Urip saat ini telah mencapai lebih dari 80.000 bph," kata Vice President Public & Government Affairs Exxonmobil Indonesia, Erwin Maryoto, kepada KONTAN melalui surat elektronik pada Rabu (18/11).

Erwin juga menambahkan, bahwa Exxonmobil melihat ada hasil yang baik dari Lapangan Banyu Urip. Namun, saat ditanya kapan target produksinya bisa naik, Erwin belum bisa menjawab karena saat ini sedang dalam proses menyusun revisi work program & budget atawa program kerja dan anggaran. "Kami akan terus bekerja bersama SKK Migas untuk memaksimalkan produksi dari lapangan Banyu Urip," jawabnya.

Sebagai blok andalan untuk memproduksi minyak nasional, masalah apapun di Cepu selalu jadi sorotan karena bisa menggangu produksi nasional 825.000 bph. Keterlambatan Cepu dalam mencapai target produksi menurut Pengamat Energi John Karamoy, harus ditelisik apa penyebabnya.

"Apakah dari internal yaitu ExxonMobil sebagai operator dan investor atau dari eksternal yang ExxonMobil tidak bisa menguasai atau di luar jangkauan mereka," jelas John. Masalah eksternal yang di luar jangkauan itu lanjut John seharusnya menjadi tanggung jawab SKK Migas.

Soal apakah SKK Migas bisa memberikan sanksi terkait keterlambatan mencapai target ini, ExxonMobil sebagai investor tidak ingin disalahkan. "Tidak bisa menyalahkan investor. Investor biasanya siap untuk melakukannya tetapi kalau ada keterlambatan itu bukan karena investor, tetapi karena tuan rumah," jawab John.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri