Jakarta. Jika Anda bertemu dengan rekan dan membincangkan cara penurunan berat badan, Anda mungkin akan menyinggung Deddy Corbuzier. Mentalis alias pesulap berkepala plontos ini sedang jadi buah bibir di kalangan mereka yang sedang mau menurunkan berat badan. Maklum, Corbuzier sedang memopulerkan cara diet yang dia sebut Obsessive Corbuzier Diet (OCD) melalui seminar dan penjualan buku.Untuk mengikuti seminar, plus mendapatkan tip diet ala Deddy, Anda harus merogoh kocek yang tidak murah, yakni Rp 500.000 per orang. Bulan ini saja, seminar seputar OCD akan digelar di Medan dan Surabaya. “Yang di Surabaya sudah terjual setengahnya,” tutur staf Deddy Corbuzier yang mengaku bernama Regina, Kamis (10/10).Halim Sugiarto, tim seminar OCD, menambahkan, seminar OCD yang digelar sebanyak lima kali, sejak awal September ini, rata-rata diikuti hingga 200 orang peserta. Silakan menghitung berapa uang yang tersedot masuk, jika setiap orang harus merogoh kocek hingga Rp 500.000 per orang. Setelah Medan dan Surabaya, seminar ke Semarang dan Samarinda.Demam seminar OCD ini merembet kepada perusahaan penerbit buku. Penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP), anak usaha Grup Gramedia, ikut ketiban rezeki. Rencananya, BIP akan menerbitkan buku OCD hingga puluhan ribu eksemplar pada akhir Oktober ini. Jumlah ini tergolong besar dibanding dengan buku diet lainnya. Sumber KONTAN di BIP yakin, buku OCD akan menjadi best seller.Ini hanya sebagian kecil gambaran betapa cerah prospek bisnis seputar pelangsingan tubuh. Di luar buku dan seminarseminar diet, kini kian menjamur klinik pelangsingan tubuh, obat modern dan herbal, hingga alat-alat untuk melangsingkan tubuh. “Bisnis seputar pelangsingan tubuh kian besar karena semakin banyak orang yang mau tampil cantik atau gagah,” kata ahli gizi medik Walujo Soerjodibroto yang berpraktik di Rumah Saki t Tebet , Jakarta Selatan.Obesitas naikBerdasarkan Markplus Insight 2013, kelas ekonomi menengah Indonesia yang meningkat ternyata ikut menyebabkan peningkatan angka obesitas di Indonesia. Angka ini juga sejalan dengan catatan Euromonitor dalam laporannya bertajuk Consumer Lifestyle in Indonesia 2013. Lembaga itu mencatat, tingkat obesitas di Indonesia tahun ini naik dua kali lipat dibanding dengan tahun 2010.Peningkatan obesitas tidak hanya terjadi di kelompok orang dewasa. Peningkatan pendapatan masyarakat Indonesia menyebabkan tren obesitas menjalar juga ke kelompok anak-anak. “Obesitas ini akan terus meningkat jika belum ada perbaikan pada kebiasaan makan yang sehat,” kata Susana, Kepala Divisi Marketing Nutrifood, melalui surat elektronik kepada KONTAN.Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) menyimpulkan tren obesitas diperparah oleh gaya konsumsi yang justru menawarkan jenis makanan berkalori tinggi karena komposisi lemak, garam, dan gula yangtinggi. Akibatnya, kesehatan masyarakat tidak seimbang sehingga orang cenderung mengalami kegemukan atau memiliki berat yang tak proporsional.Catatan Markplus Insight dan Euro Monitor di atas menyiratkan potensi bisnis pelangsingan tubuh akan terus membesar. Di luar faktor demografis, persepsi “cantik” masyarakat Indonesia juga ikut menentukan. “Persepsi cantik masih berkiblat pada wanita dengan kriteria bertubuh langsing, berkulit bersih dan putih,” tutur Suzana.Menurut Suzana, pasar terbesar semua bisnis pelangsingan tubuh adalah perempuan. “Perempuan lebih mudah mengalami kenaikan berat badan dibandingkan laki-laki dan mereka lebih memperhatikan kesehatan dan penampilan agar terlihat menarik,” tutur Suzana.Meskipun begitu, pangsa pasar kaum adam juga tak kalah besar. Catatan Enrina Diah di Ultimo Aesthetic and Dental Center, para lelaki pun kini mulai sadar dengan masalah penampilan. “Jumlah pasien pria yang ingin memperbaiki penampilan melalui tindakan bedah maupun non-bedah mulai banyak,” tutur Enrina.CEO PT Mustika Ratu Tbk, Putri K. Wardani, mengungkapkan, pasar produk maupun jasa pelangsingan tubuh terbentang luas dari segmen remaja hingga paruh baya, laki-laki dan perempuan. “Khususnya mereka yang aktif di luar rumah, dengan tingkat pendidikan minimal SMA dan tahu bahwa obesitas itu bisa menyebabkan gangguan kesehatan,” terang Putri.Dengan kemajuan tingkat ekonomi masyarakat dan masyarakat kelas menengah semakin membesar, tentu kebutuhan akan produk-produk pelangsing yang diakibatkan karena adanya perubahan gaya hidup makan enak di luar rumah, memicu kenaikan berat badan oleh masyarakat, menjadi meningkat. “Jadi menurut saya, pasar produk pelangsing di Indonesia cukup baik dan mempunyai prospek yang baik pula,” tutur Putri, yakin.Sayangnya, dari catatan para pebisnis, pasar berlomba-lomba menyediakan cara yang instan. Bahkan ada terapis yang mengklaim dapat melangsingkan tubuh tanpa olahraga sekalipun. “Cara-cara yang ditempuh mengabaikan keamanan dan kesehatan tubuh konsumennya,” terang Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Napza BPOM Retno Tyas Utami kepada KONTAN.Cara yang ditempuh oleh terapis para pelangsing juga cenderung tidak tepat. Ini akibat persepsi langsing masyarakat yang berlebihan. “Akibatnya mereka justru menjadi kurang gizi, atau berat badan di bawah normal,” tutur Cindiawaty Pudjiadi, dokter gizi medik di Rumah Sakit Medistra, Jakarta.Banyaknya kesalahan dalam proses pelangsingan tubuh juga dipicu oleh konsumen sendiri yang tidak cermat. Misalnya, konsumen tergiur dengan alat penghancur lemak yang menjanjikan dapat melangsingkan tubuh dengan cepat. “Bagaimana cara kerja alat itu, dari mana lemaknya keluar dari tubuh, tidak dipahami,” tutur dokter gizi komunitas Tan Shot Yen.Cindiawaty Pudjiadi menyarankan agar konsumen yang ingin menurunkan berat badannya untuk memperhatikan metode yang disarankan dan obatobatan yang digunakan. Selai itu, tak lupa perhatikan pula tindakan yang dilakukan. “Cobalah untuk lebih jeli memilih cara penurunan berat badan yang ditawarkan, sebaiknya penurunan yang baik adalah penurunan lemak tubuh,” tutur Cindiawaty.Produsen obat pelangsing juga menganjurkan konsumen yang mau langsing harus lebih cerdas. “Khususnya kepada para konsumen obat-obat pelangsing agar bersikap cerdas. Begitu banyak produk-produk pelangsing yang tidak terjamin keamanannya, meluncur ke pasar,” tutur Putri.Para perindu tubuh langsing harus cerdas dalam menghadapi serbuan tawaran produk dan terapi penurunan berat badan. Pengawasan dari pemerintah, terutama Badan POM, juga tak kalah lebih penting agar konsumen terlindungi dari produk dan jasa yang salah.***Sumber : KONTAN MINGGUAN 3 - XVIII, 2013 Laporan UtamaCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Cerahnya prospek bisnis pelangsingan tubuh
Jakarta. Jika Anda bertemu dengan rekan dan membincangkan cara penurunan berat badan, Anda mungkin akan menyinggung Deddy Corbuzier. Mentalis alias pesulap berkepala plontos ini sedang jadi buah bibir di kalangan mereka yang sedang mau menurunkan berat badan. Maklum, Corbuzier sedang memopulerkan cara diet yang dia sebut Obsessive Corbuzier Diet (OCD) melalui seminar dan penjualan buku.Untuk mengikuti seminar, plus mendapatkan tip diet ala Deddy, Anda harus merogoh kocek yang tidak murah, yakni Rp 500.000 per orang. Bulan ini saja, seminar seputar OCD akan digelar di Medan dan Surabaya. “Yang di Surabaya sudah terjual setengahnya,” tutur staf Deddy Corbuzier yang mengaku bernama Regina, Kamis (10/10).Halim Sugiarto, tim seminar OCD, menambahkan, seminar OCD yang digelar sebanyak lima kali, sejak awal September ini, rata-rata diikuti hingga 200 orang peserta. Silakan menghitung berapa uang yang tersedot masuk, jika setiap orang harus merogoh kocek hingga Rp 500.000 per orang. Setelah Medan dan Surabaya, seminar ke Semarang dan Samarinda.Demam seminar OCD ini merembet kepada perusahaan penerbit buku. Penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP), anak usaha Grup Gramedia, ikut ketiban rezeki. Rencananya, BIP akan menerbitkan buku OCD hingga puluhan ribu eksemplar pada akhir Oktober ini. Jumlah ini tergolong besar dibanding dengan buku diet lainnya. Sumber KONTAN di BIP yakin, buku OCD akan menjadi best seller.Ini hanya sebagian kecil gambaran betapa cerah prospek bisnis seputar pelangsingan tubuh. Di luar buku dan seminarseminar diet, kini kian menjamur klinik pelangsingan tubuh, obat modern dan herbal, hingga alat-alat untuk melangsingkan tubuh. “Bisnis seputar pelangsingan tubuh kian besar karena semakin banyak orang yang mau tampil cantik atau gagah,” kata ahli gizi medik Walujo Soerjodibroto yang berpraktik di Rumah Saki t Tebet , Jakarta Selatan.Obesitas naikBerdasarkan Markplus Insight 2013, kelas ekonomi menengah Indonesia yang meningkat ternyata ikut menyebabkan peningkatan angka obesitas di Indonesia. Angka ini juga sejalan dengan catatan Euromonitor dalam laporannya bertajuk Consumer Lifestyle in Indonesia 2013. Lembaga itu mencatat, tingkat obesitas di Indonesia tahun ini naik dua kali lipat dibanding dengan tahun 2010.Peningkatan obesitas tidak hanya terjadi di kelompok orang dewasa. Peningkatan pendapatan masyarakat Indonesia menyebabkan tren obesitas menjalar juga ke kelompok anak-anak. “Obesitas ini akan terus meningkat jika belum ada perbaikan pada kebiasaan makan yang sehat,” kata Susana, Kepala Divisi Marketing Nutrifood, melalui surat elektronik kepada KONTAN.Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) menyimpulkan tren obesitas diperparah oleh gaya konsumsi yang justru menawarkan jenis makanan berkalori tinggi karena komposisi lemak, garam, dan gula yangtinggi. Akibatnya, kesehatan masyarakat tidak seimbang sehingga orang cenderung mengalami kegemukan atau memiliki berat yang tak proporsional.Catatan Markplus Insight dan Euro Monitor di atas menyiratkan potensi bisnis pelangsingan tubuh akan terus membesar. Di luar faktor demografis, persepsi “cantik” masyarakat Indonesia juga ikut menentukan. “Persepsi cantik masih berkiblat pada wanita dengan kriteria bertubuh langsing, berkulit bersih dan putih,” tutur Suzana.Menurut Suzana, pasar terbesar semua bisnis pelangsingan tubuh adalah perempuan. “Perempuan lebih mudah mengalami kenaikan berat badan dibandingkan laki-laki dan mereka lebih memperhatikan kesehatan dan penampilan agar terlihat menarik,” tutur Suzana.Meskipun begitu, pangsa pasar kaum adam juga tak kalah besar. Catatan Enrina Diah di Ultimo Aesthetic and Dental Center, para lelaki pun kini mulai sadar dengan masalah penampilan. “Jumlah pasien pria yang ingin memperbaiki penampilan melalui tindakan bedah maupun non-bedah mulai banyak,” tutur Enrina.CEO PT Mustika Ratu Tbk, Putri K. Wardani, mengungkapkan, pasar produk maupun jasa pelangsingan tubuh terbentang luas dari segmen remaja hingga paruh baya, laki-laki dan perempuan. “Khususnya mereka yang aktif di luar rumah, dengan tingkat pendidikan minimal SMA dan tahu bahwa obesitas itu bisa menyebabkan gangguan kesehatan,” terang Putri.Dengan kemajuan tingkat ekonomi masyarakat dan masyarakat kelas menengah semakin membesar, tentu kebutuhan akan produk-produk pelangsing yang diakibatkan karena adanya perubahan gaya hidup makan enak di luar rumah, memicu kenaikan berat badan oleh masyarakat, menjadi meningkat. “Jadi menurut saya, pasar produk pelangsing di Indonesia cukup baik dan mempunyai prospek yang baik pula,” tutur Putri, yakin.Sayangnya, dari catatan para pebisnis, pasar berlomba-lomba menyediakan cara yang instan. Bahkan ada terapis yang mengklaim dapat melangsingkan tubuh tanpa olahraga sekalipun. “Cara-cara yang ditempuh mengabaikan keamanan dan kesehatan tubuh konsumennya,” terang Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Napza BPOM Retno Tyas Utami kepada KONTAN.Cara yang ditempuh oleh terapis para pelangsing juga cenderung tidak tepat. Ini akibat persepsi langsing masyarakat yang berlebihan. “Akibatnya mereka justru menjadi kurang gizi, atau berat badan di bawah normal,” tutur Cindiawaty Pudjiadi, dokter gizi medik di Rumah Sakit Medistra, Jakarta.Banyaknya kesalahan dalam proses pelangsingan tubuh juga dipicu oleh konsumen sendiri yang tidak cermat. Misalnya, konsumen tergiur dengan alat penghancur lemak yang menjanjikan dapat melangsingkan tubuh dengan cepat. “Bagaimana cara kerja alat itu, dari mana lemaknya keluar dari tubuh, tidak dipahami,” tutur dokter gizi komunitas Tan Shot Yen.Cindiawaty Pudjiadi menyarankan agar konsumen yang ingin menurunkan berat badannya untuk memperhatikan metode yang disarankan dan obatobatan yang digunakan. Selai itu, tak lupa perhatikan pula tindakan yang dilakukan. “Cobalah untuk lebih jeli memilih cara penurunan berat badan yang ditawarkan, sebaiknya penurunan yang baik adalah penurunan lemak tubuh,” tutur Cindiawaty.Produsen obat pelangsing juga menganjurkan konsumen yang mau langsing harus lebih cerdas. “Khususnya kepada para konsumen obat-obat pelangsing agar bersikap cerdas. Begitu banyak produk-produk pelangsing yang tidak terjamin keamanannya, meluncur ke pasar,” tutur Putri.Para perindu tubuh langsing harus cerdas dalam menghadapi serbuan tawaran produk dan terapi penurunan berat badan. Pengawasan dari pemerintah, terutama Badan POM, juga tak kalah lebih penting agar konsumen terlindungi dari produk dan jasa yang salah.***Sumber : KONTAN MINGGUAN 3 - XVIII, 2013 Laporan UtamaCek Berita dan Artikel yang lain di Google News