JAKARTA. Sistem e-budgeting sebenarnya sudah mulai diterapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sejak 2013 lalu saat Joko Widodo (Jokowi) masih menjabat sebagai gubernur DKI. "Beliau (Presiden RI) makanya ngomong kan, sopan saja sih beliau ngomongnya, sebetulnya dari dulu sudah bikin. Ketika kita 2013 gagal bikin. Truk sampah tiba-tiba hilang (padahal sudah dianggarkan). Tidak ada yang mau ngaku, tiba-tiba duitnya di-crop," ungkap pria yang akrab disapa Ahok di Balai Kota, Jumat (13/3). Untuk itu, Jokowi selaku gubernur saat itu mengeluarkan sistem e budgeting supaya mudah mengontrol anggaran, Siapa yang menginput dan siapa yang mencoret bisa ketahuan. "Tapi kan kita tidak bisa waktu itu action. Tunggu saya kesana dulu tuh (istana), kata beliau (Jokowi), dulu kan susah. Makanya sekarang Pak Gubernur berhasil. Bukan berarti dulu dia (Presiden Jokowi) tidak berhasil, dulu kita tidak ada backing. Bayangkan kalau ribut, misalnya presiden menganggap DPRD yang benar atau segala macam, Mendagri semua, gawat kita. Polisi semua tidak mau bergerak, juga gawat," ungkapnya.
Cerita Ahok di balik sistem e-budgeting
JAKARTA. Sistem e-budgeting sebenarnya sudah mulai diterapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sejak 2013 lalu saat Joko Widodo (Jokowi) masih menjabat sebagai gubernur DKI. "Beliau (Presiden RI) makanya ngomong kan, sopan saja sih beliau ngomongnya, sebetulnya dari dulu sudah bikin. Ketika kita 2013 gagal bikin. Truk sampah tiba-tiba hilang (padahal sudah dianggarkan). Tidak ada yang mau ngaku, tiba-tiba duitnya di-crop," ungkap pria yang akrab disapa Ahok di Balai Kota, Jumat (13/3). Untuk itu, Jokowi selaku gubernur saat itu mengeluarkan sistem e budgeting supaya mudah mengontrol anggaran, Siapa yang menginput dan siapa yang mencoret bisa ketahuan. "Tapi kan kita tidak bisa waktu itu action. Tunggu saya kesana dulu tuh (istana), kata beliau (Jokowi), dulu kan susah. Makanya sekarang Pak Gubernur berhasil. Bukan berarti dulu dia (Presiden Jokowi) tidak berhasil, dulu kita tidak ada backing. Bayangkan kalau ribut, misalnya presiden menganggap DPRD yang benar atau segala macam, Mendagri semua, gawat kita. Polisi semua tidak mau bergerak, juga gawat," ungkapnya.