Cerita mengharukan pada dokter China yang kembali bekerja setelah terinfeksi corona



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Selama pertempuran melawan virus corona atau (Covid-19), beberapa pekerja medis garis depan, yang terpapar bahaya besar penyakit ini, sayangnya ikut terkena infeksi. Yang terjadi adalah dokter menjadi pasien, berjuang dalam pertempuran pribadi mereka melawan penyakit mematikan itu.

Namun, ketika mereka pulih dari virus itu, beberapa dari mereka secara sukarela kembali lagi ke garis depan untuk membantu mengobati para pasien. Setelah melepas pakaian rumah sakit sebagai pasien, mereka memakai baju pelindung sebagai dokter lagi. Warga China menyebut mereka pahlawan yang sesungguhnya.

Melansir People's Daily, setelah memberikan pertolongan pertama selama 90 menit kepada seorang pasien, kepala asosiasi dokter Zhou Ning dari departemen kardiologi di Rumah Sakit Tongji yang bermarkas di Wuhan  keluar dari ruang operasi. Dia berusaha menyelamatkan nyawa lain setelah ia pulih dari pneumonia Covid-19 dan kembali bekerja pada 10 Februari.


Baca Juga: Xi Jinping muncul di Wuhan untuk kali pertama sejak wabah menyebar

"Sebagai dokter, saya harus mencoba yang terbaik untuk menyelamatkan pasien dalam kondisi parah dan kritis, sebanyak mungkin," Zhou menjelaskan alasan kepada People's Daily mengapa dia kembali ke garis depan.

Dokter tidak memprediksi dia terserang virus tersebut. Menurutnya, ia mengalami sejumlah gejala empat hari setelah menerima pasien yang dicurigai terinfeksi pada 17 Januari dan menempatkan dirinya sendiri karantina di rumah. Dengan minum obat dan cukup istirahat di rumah, Zhou berangsur pulih. Selain itu, ia membuat tips perawatan diri dari pengalamannya sendiri, dan tips itu segera menyebar di media sosial.

Baca Juga: Di Italia 233 orang meninggal akibat Covid-19, dari 5.883 kasus terkonfirmasi

"Saya percaya bahwa kita pasti akan mengalahkan virus selama kita bersatu dan melawan epidemi dalam solidaritas," tulisnya dalam tips.

Setelah karantina, Zhou kembali bekerja tanpa ragu-ragu. “Rumah sakit prihatin dengan kesehatan saya, tetapi kami tidak memiliki sumber daya yang cukup sebagai rumah sakit yang ditunjuk untuk menerima pasien yang sakit parah dan kritis,” katanya, seraya menambahkan bahwa menyelamatkan nyawa lebih dari segalanya bagi dokter.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie