KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Zaman sekarang, urusan menjaga penampilan tak hanya didominasi para kaum hawa. Kaum Adam pun mulai ikut memperhatikan penampilan mereka, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Yap, rambut adalah salah satu bagian yang paling banyak mencuri perhatian. Bahkan, tatanan rambut pria masa kini belum lengkap rasanya jika belum dioles pomade. Lima tahun lalu, pomade mulai muncul dan menjadi tren di Indonesia. Dan sejak saat itu, pomade menjadi produk wajib para kaum hawa agar tampilan rambutnya tetap rapi dan trendy. Peluang bisnis itulah yang digarap oleh Michael Nugroho dan ketiga kawannya, CEO PT Smith Indonesia Jaya, produsen Smith Men Supply pomade.
Ia merintis produk Smith Men Supply pomade sejak 2013 lalu. Kini, pomade asli buatan anak negeri itu berhasil menguasai pasar dalam negeri, bahkan menembus pasar Singapura dan Malaysia. "Dulu, waktu awal-awal kami buat pomade, belum ada pomade buatan dalam negeri, semua masih impor, dari Amerika maupun Eropa. Dan harganya sudah Rp 200.000 ke atas," ungkap Michael kepada Kontan.co.id, Kamis (6/10).
Padahal menurutnya, potensi pasar pomade kala itu sudah bisa dibilang menjanjikan karena bisnis barbershop juga terus menjamur. Kebetulan, Michael mendapat tugas kuliah
Businness Creation, tanpa pikir panjang, Ia pun langsung menggarap bisnis pomade. "Konsep pomade kami lebih ke arah
classic modern dandy style. Jadi cowok-cowok bisa menjaga ketahanan gaya rambut mereka ala dandy dengan harga yang terjangkau. Yang jelas kualitas produk kami tidak kalah dengan yang impor, malah lebih bagus. Harga yang kami tetapkan setara dengan kualitasnya," kata pria berwajah oriental ini. Saat ini, Smith Men Supply pomade memiliki enam jenis produk, yakni oil based pomade (Bold Hold, Premium Medium dan Fine Shine) yang dibanderol Rp 95.000 per kaleng, water based pomade (Dapper Spatter) dibanderol Rp 100.000 per kaleng, hair wax (Black Jack) Rp 70.000 per kaleng, dan Smith premium (Clayton) Rp 160.000 per kaleng. Keenam produk tersebut dikembangkan berdasarkan kebutuhan pasar. Sehingga masing-masing produk punya kelebihan dan kekurangan. Michael mengaku bisa memproduksi 30.000 kaleng pomade untuk enam jenis produk tiap tiga bulan sekali. Omzet per tahunnya pun mencapai Rp 3,5 miliar. Padahal, saat awal merintis bisnis, Smith pomade hanya memproduksi 100 kaleng dan semua dibuat sendiri (homemade). Seiring dengan berkembangnya permintaan pasar, Michael dkk tidak mampu lagi memproduksi secara homemade. "Sekarang, semua produksi sudah lewat pabrik. Kami kerja sama dengan PT Cedefindo punya Martha Tilaar Grup," tuturnya. Kini, Smith pomade telah memiliki puluhan rekanan barber shop, ratusan reseller dan 11 distributor resmi di 30 provinsi. Tak hanya itu, sejumlah retail, seperti AEON, Ranch Market, Farmers Market, The Food Hall dan Guardian turut memasarkannya. Luasnya pasar pomade yang dirambah Smith Men Supply membuat merek ini menjadi market leader produsen pomade dalam negeri saat ini. Bahkan, mampu menggeser produk pomade impor yang sebelumnya merajai pasar Indonesia.
Meski demikian, Michael bilang masih banyak rencana ke depan untuk mengembangkan PT Smith Indonesia Jaya. Salah satu keinginan terbesarnya adalah memproduksi aneka produk perawatan khusus pria, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Mulai tahun lalu, Michael dan tim mulai mengonsep produk shampo dan sabun khusus pria. "Produk sabun dan shampo kita masih dalam tahap percobaan, belum nemu formula yang pas," ujarnya. Michael juga memasang target omzet, yakni mencapai Rp 4,8 miliar di tahun 2018. Serta ekspansi ke pasar ekspor, terutama di Singapura dan Malaysia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto