KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Selama ini, naik turun bunga acuan Federal Reserve (Fed Rate) selalu membikin panas dingin pasar keuangan global. Bagaimana kalau Amerika Serikat (AS) memiliki dua bunga acuan? Boleh jadi, volatilitas pasar keuangan bakal lebih sering. Dan mau tak mau, pelaku pasar finansial harus mengantisipasinya. Maklum, mulai tadi malam, The Federal Reserve Bank of New York meluncurkan The Secured Overnight Financing Rate (SOFR). Suku bunga ini menjadi acuan baru mulai dari bunga pinjaman berbasis dollar AS hingga kontrak produk derivatif. Bunga baru ini untuk mengurangi ketergantungan pasar kepada bunga London Interbank Offered (Libor). Bahkan targetnya, SOFR akan menggusur Libor sebagai acuan bunga pasar finansial.
Mengutip
Bloomberg, pada debut perdana, Selasa (3/4), suku bunga SOFR ditetapkan sebesar 1,8%. Bunga ini lebih tinggi ketimbang bunga Libor
overnight dalam dollar AS sebesar 1,69%. Sementara bunga The Fed Fund Rate di kisaran 1,5%–1,75%.Libor.
Libor | SOFR |
London Interbank Offered Rate | Secured Overnight Financing Rate |
- Berdasarkan ekspektasi para bankir. - Menjadi referensi kurs berbagai instrumen keuangan. Mulai dari kontrak berjangka, swap bunga, kredit sindikasi hingga kurs. | - Berdasarkan transaksi riil pasar repo dari sejumlah perusahaan termasuk broker dealer, pasar uang, manajer aset, perusahaan asuransi dan dana pensiun. |
Bunga (per 29 Maret 2018) 1,69% | Bunga (per 3 April 2018) 1,8% |
Sumber: Bloomberg dan Reuters Ketimbang Libor, SOFR lebih mencerminkan bunga pasar. Sebab, penetapan bunga SOFR berdasarkan transaksi di pasar repo US Treasury yang volumenya mencapai sekitar US$ 800 miliar per hari. Adapun bunga Libor berdasarkan ekspektasi para bankir. Alhasil, Libor rawan dimanipulasi seperti yang terjadi di tahun 2008-2009. Itu pula yang menjadi pertimbangan The Fed merilis SOFR sebagai
benchmark suku bunga. Sejatinya, rencana Bank Sentral AS menggantikan Libor sudah muncul sejak 2014. Kala itu, AS membentuk Alternative Reference Rates Committee (ARRC) mengumpulkan perwakilan dari sektor swasta dan regulator untuk membahas hal ini.
Meski begitu, ambisi menggeser Libor agaknya membutuhkan waktu lama. Analis menilai, perpindahan dari Libor ke SOFR bakal memakan waktu, bertahap dan rumit. Sebab SOFR tidak memiliki tenor panjang panjang seperti Libor yang memiliki tenor satu bulan dan tiga bulan. Selain itu diperlukan waktu untuk mengembangkan likuiditas di pasar derivatif. Sebab investor perlu menyesuaikan dengan volatilitas harian dari pasar repo. "Apakah orang akan merasa nyaman mengadopsi SOFR sebagai pengganti Libor? Saya tidak yakin," ujar Thomas Simons, ekonom pasar uang Jefferies kepada
Reuters, kemarin. Namun, operator bursa derivatif di AS sudah bersiap menggunakan SOFR sebagai benchmark. Seperti dilansir Bloomberg, CME Group Inc, operator dan
marketplace pasar berjangka terbesar dunia, bakal meluncurkan produk perdagangan berjangka berdasarkan acuan SOFR pada 7 Mei 2018 mendatang. Saat ini, CME masih menanti regulasi dari otoritas AS. Catatan saja, suku bunga Libor selama ini menjadi referensi kurs berbagai instrumen keuangan. Mulai dari kontrak berjangka, swap suku bunga, kredit sindikasi,
mortgage hingga nilai tukar khususnya dollar AS.
Editor: Sanny Cicilia