KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendapatan dan laba bersih PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (
ADMR) kompak menanjak hingga kuartal III-2024. ADMR meraup pendapatan usaha senilai US$ 841 juta per September 2024. Jumlah itu tumbuh 16,70% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai US$ 720,62 juta. ADMR meraih laba bersih US$ 332,99 juta dalam periode sembilan bulan pertama tahun 2024. Sebagai gambaran, jika dikonversi memakai kurs Rp 15.700 per dolar Amerika Serikat, keuntungan ADMR setara dengan Rp 5,22 triliun.
Laba bersih ADMR melonjak 32,93% dibandingkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk September 2023, yang kala itu sebesar US$ 250,50 juta. Selain lonjakan kinerja, ADMR baru saja masuk menjadi konstituen indeks prestisius LQ45 untuk periode 1 November 2024 - 31 Januari 2025.
Baca Juga: Laba Bersih Adaro Minerals (ADMR) Melonjak 32,93% Jadi US$332,99 Juta Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Axell Ebenhaezer menilai kinerja ADMR hingga kuartal III-2024 sesuai dengan ekspektasi. Axell menyoroti pasar dan harga batubara metalurgi (coking coal) yang cenderung berada di posisi yang stabil, meski ada kenaikan pasokan dibandingkan kuartal II-2024. "Pergerakan acuan harga jual pun tidak begitu volatile. Outlook ke depan, kami memproyeksikan jika pasar batubara metalurgi akan tetap stabil, kemungkinan ada juga kenaikan harga sedikit pada kuartal IV-2024," kata Axell kepada Kontan.co.id, Rabu (30/10). Equity Research Analyst Panin Sekuritas, Rizal Nur Rafly mengamini kinerja ADMR sesuai ekspektasi. Tapi, Rizal mengingatkan outlook jangka pendek dari anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) ini berpotensi terpengaruh oleh fluktuasi harga
coking coal. "Namun diversifikasi melalui hilirisasi dan rencana ekspansi ke smelter aluminium akan mendukung kinerja jangka panjang ADMR dan ADRO di sektor mineral," ungkap Rizal. Analis Stocknow.id Abdul Haq Al Faruqy sepakat, prospek jangka panjang ADMR akan terdongkrak oleh strategi diversifikasi ADRO pada komoditas coking coal dan sektor mineral. Selain itu, permintaan coking coal dari negara-negara tujuan ekspor seperti China, India, Jepang dan Korea Selatan berpotensi mengerek naik volume produksi dan penjualan ADMR.
Baca Juga: Bursa Kocok Ulang Indeks Unggulan, Simak Rekomendasi Sahamnya Di sisi lain, Abdul Haq menyoroti masuknya ADMR ke indeks LQ45 dapat menarik
capital inflow dari investor asing maupun
fund manager. "Dengan fundamental yang baik, ADMR berpotensi menjadi target para
fund dengan potensi
inflow yag cukup besar," ungkap Abdul Haq. Rizal menambahkan, masuknya ADMR ke dalam indeks LQ45 yang akan mulai efektif per 1 November 2024 berpotensi meningkatkan likuiditas saham dan menarik minat investor institusional. Hanya saja, para investor tampak masih memperhatikan kondisi pasar saham yang sedang tertekan.
Harga ADMR pun mengalami pelemahan 3,09% ke posisi Rp 1.410 per saham pada Rabu (30/10). Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menilai pada posisi saat ini pelaku pasar bisa mempertimbangkan strategi buy on weakness ADMR dengan support di Rp 1.260 dan resistance pada Rp 1.550. Rizal juga masih menyematkan rekomendasi buy saham ADMR dengan target harga Rp 1.800. Abdul Haq menyarankan
buy pada area Rp 1.415 - Rp 1.430 untuk target harga Rp 1.540 - Rp 1.660. Sedangkan Axell memberikan
rating overweight pada ADMR, yang berpotensi bergerak naik ke area Rp 1.545 - Rp 1.585 dalam satu hingga dua bulan ke depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi