KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) merajai emiten berbasis energi baru dan terbarukan (EBT). Memiliki kapitalisasi pasar (market caps) senilai Rp 202,69 triliun, BREN sudah merangsek ke rangking sembilan emiten dengan market caps terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Resmi listing pada Senin (9/10), harga saham BREN melejit hingga terbang ke level
auto rejection atas (ARA) tiga hari beruntun. Pada perdagangan Rabu (11/10), saham BREN ada di level Rp 1.515 atau melonjak 94,23% dari harga penawaran saat
Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp 780 per saham. Kehadiran BREN terjadi ketika saham emiten EBT bergerak landai. Tengok saja PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (
PGEO) yang ditutup melemah dalam tiga hari berturut-turut. Padahal sepanjang pekan lalu, PGEO selalu menutup perdagangan dengan kenaikan.
Baca Juga: Geser Posisi BBNI, Kapitalisasi Pasar BREN Tembus Rp 202 Triliun Kini, harga PGEO parkir di level Rp 1.415 usai menukik 4,07% pada Rabu (11/10). Saham EBT lainnya, PT Arkora Hiydro Tbk (
ARKO) menutup perdagangan di harga Rp 710, level yang sama dengan hari sebelumnya. Sementara PT Kencana Energi Lestari Tbk (
KEEN) naik tipis 0,58% ke posisi Rp 870 per saham. Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Leonardo Lijuwardi memandang BREN punya prospek kinerja yang menarik. Apalagi dengan sokongan dari Grup Barito dan taipan Prajogo Pangestu. Panas bumi pun menjadi segmen EBT yang prospektif.
Secara industri, Leonardo menilai EBT sebagai sektor yang menarik dengan dorongan dari komitmen transisi energi pemerintah untuk mengejar bauran energi hijau. Hanya saja, prospek apik tersebut cenderung dalam jangka panjang.
Baca Juga: Sektor Infrastruktur Mengangkat IHSG, Saham KOKA & BREN Jadi Penopang Indeks Sektoral Sedangkan dalam jangka pendek, Leonardo belum melihat ada katalis signifikan yang dapat kembali mengangkat tren harga EBT. Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menambahkan, momentum saham berbasis EBT sudah mencapai puncaknya ketika persiapan dan peluncuran Bursa Karbon.
Saham berbasis EBT sempat terangkat seiring ekspektasi monetisasi dari unit karbon yang dihasilkan. "Menurut saya sentimen positif untuk saham EBT selanjutnya adalah tingkat transaksi dan nilai dari unit karbon," kata Felix kepada Kontan.co.id, Rabu (11/10). Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya menimpali, dengan pesatnya perkembangan ekonomi hijau, emiten ramai berlomba untuk ekspansi ke bisnis berbasis EBT. Cheril sepakat, prospeknya lebih berjangka menengah - panjang. Investor pun bisa mengantisipasi potensi tersebut. "Bisa cicil bertahap, sehingga jika ada perkembangan lebih lanjut tentang EBT, maka investor tidak "ketinggalan kereta" dengan kenaikan harga signifikan," ungkap Cheril.
Baca Juga: Beda Nasib, Cermati Harga Saham BBCA dan BREN di Perdagangan Bursa Selasa (10/10) Editor: Noverius Laoli