Cermati Rekomendasi Saham INKP dan TKIM di tengah Pelemahan Kinerja



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja duo emiten kertas grup Sinarmas kurang menggembirakan hingga kuartal III-2024.

PT Indah Kuat Pulp & Paper Tbk (INKP) melaporkan laba sebesar US$ 226 juta hingga kuartal III 2024 atau turun 29,53% dari posisi yang sama tahun lalu sebesar US$ 320,88 juta.

Penjualan bersih INKP juga tercatat menurun 9,91% dari posisi US$ 2,68 miliar per kuartal III 2023 menjadi US$ 2,42 miliar di periode yang sama tahun 2024.


Sementara itu, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) juga mencatatkan penurunan laba 23,44% menjadi US$ 102 juta per kuartal III 2024 dari posisi yang sama tahun lalu sebesar US$ 134 juta. 

Penjualan TKIM juga melemah 6,55% dari US$ 812 juta menjadi US$ 759 juta di periode sembilan bulan pertama tahun 2024.

Baca Juga: Laba Indah Kiat (INKP) Anjlok 20,53% Jadi US$ 226 Juta per Kuartal III 2024

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer memperkirakan pelemahan kinerja pada emiten kertas Sinarmas itu salah satunya disebabkan oleh penurunan volume permintaan pada market Asia. Di mana sebelumnya indeks manufaktur China menunjukkan kontraksi, yang berdampak pada permintaan untuk produk pulp dan kertas

"Hal ini menekan pendapatan karena China adalah pasar ekspor utama bagi kedua perusahaan ini. Selain itu fluktuasi nilai tukar juga berdampak pada kinerja kedua emiten tersebut yang segmentasi penjualannya di segmen ekspor," kata Miftahul kepada Kontan, Selasa (12/11).

Miftahul melihat untuk outlook jangka panjang faktor-faktor seperti peningkatan harga produk kertas, kenaikan permintaan dari e-commerce berupa kertas dan karton, meningkatnya permintaan terhadap produk ramah lingkungan, serta penguatan ekspor pasar dengan pertumbuhan tinggi terutama di Asia dan Afrika akan lebih berperan pada kinerja industri kertas domestik.

Founder Stocknow.id Hendra Wardana menjelaskan penurunan kinerja ini disebabkan oleh sejumlah faktor 

Pertama, melemahnya permintaan kertas global dan domestik yang diakibatkan oleh perlambatan ekonomi membuat sektor ini kurang menarik, terutama karena produk kertas sangat terpengaruh oleh siklus ekonomi. 

"Produk kertas banyak digunakan dalam industri percetakan, kemasan dan pendidikan yang mengalami penurunan aktivitas," ucap Hendra kepada Kontan, Selasa (12/11).

Baca Juga: Suntik Modal Rp 300 Miliar, TKIM Tunjang Bisnis Anak Usaha HTI di Kalimantan Timur

Kedua, biaya bahan baku yang meningkat, terutama pulp, menekan margin keuntungan kedua emiten ini. Dengan harga pulp yang tinggi, biaya produksi menjadi lebih mahal dan menekan profitabilitas. 

Faktor ketiga, fluktuasi nilai tukar turut menambah tekanan keuangan karena sebagian besar bahan baku diimpor, sehingga volatilitas kurs memperbesar beban operasional dan keuangan perusahaan.

 

INKP Chart by TradingView

Hendra menilai prospek kedua saham ini hingga akhir tahun masih dibayangi oleh ketidakpastian, namun ada beberapa sentimen yang dapat menjadi katalis positif.

Pertama, stabilisasi harga bahan baku seperti pulp yang dapat membantu mengurangi beban biaya dan memperbaiki margin. Kedua, adanya potensi peningkatan permintaan jelang akhir tahun, terutama pada produk kemasan karena periode liburan biasanya meningkatkan aktivitas perdagangan dan konsumsi. 

Ketiga, jika nilai tukar mata uang menjadi lebih stabil, hal ini dapat mengurangi tekanan pada biaya operasional, yang selama ini menjadi tantangan akibat fluktuasi kurs.

"Meski demikian, investor perlu tetap waspada karena sentimen positif ini masih belum cukup kuat untuk mendorong pemulihan penuh, terutama di tengah kondisi makroekonomi global yang penuh ketidakpastian," tutur Hendra.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menerangkan penyebab turunnya kinerja emiten kertas lantaran melambatnya pertumbuhan ekonomi China. Selain itu, faktor adanya pengalihan dari paper ke elektronik base juga turut menekan kinerja emiten kertas.

Nafan memaparkan agar para investor mencermati faktor pemulihan ekonomi global untuk melihat kinerja emiten kertas.

 

TKIM Chart by TradingView

"Saat ini pertumbuhan ekonomi global masih mengecewakan," terang Nafan kepada Kontan, Selasa (12/11).

Nafan merekomendasikan untuk hold saham INKP dan TKIM dengan harga masing-masing Rp 6.900 per saham dan Rp 5.775 per saham.

Sementara, Miftahul merekomendasikan bagi para pelaku pasar untuk wait and see saham INKP dan TKIM karena market masih cukup volatile menanggapi capaian kinerja per kuartal III-2024.

Hendra merekomendasikan buy on weakness untuk saham INKP dan TKIM dengan target harga masing-masing di level 7.700 per saham dan 7.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih