KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas dunia kembali menghangat usai tersengat sentimen global, terutama efek stimulus ekonomi China dan tensi geo-politik di Timur Tengah. Situasi ini bisa menjadi katalis pendongkrak prospek bisnis dan saham PT United Tractors Tbk (
UNTR). Performa emiten dari Grup Astra ini cukup sensitif terhadap pergerakan harga komoditas, terutama pada lini bisnis batubara, emas, nikel hingga alat berat. Adapun, saat ini harga batubara, emas dan nikel global sedang kompak menanjak. Meski begitu, manajemen UNTR tak mau jemawa dan terbawa euforia atas situasi tersebut. Direktur United Tractors, Edhie Sarwono, menyoroti bahwa lonjakan harga komoditas saat ini ikut terseret oleh eskalasi geopolitik yang memanas di Timur Tengah.
Baca Juga: Rombongan, Ini Jadwal Pembayaran Dividen Interim Astra (ASII), UNTR, dan AALI Kondisi tersebut akan menyulut harga minyak mentah atau energi secara umum, dan berpotensi kembali memunculkan ketidakpastian pada prospek ekonomi global. Edhie bilang, UNTR justru mewaspadai dampak yang bisa ditimbulkan jika kondisi ini terjadi berkepanjangan. "Terus terang kami waspada, lebih kepada faktor ekonomi. Ini bisa berdampak pada makro Indonesia, ataupun kepada industri yang ada di sini," kata Edhie kepada media, Senin (7/10). Secara bisnis, Edhie tak menampik kenaikan harga komoditas diharapkan bakal mendongkrak kinerja UNTR. Terutama kontribusi dari lini bisnis emas dengan tren kenaikan harga yang signifikan. Adapun, harga emas sudah menembus rekor tertinggi (all time high) di level US$ 2.600 per troi ons.
Sementara untuk batubara, Edhie belum bisa memastikan seberapa signifikan lonjakan harga dalam beberapa waktu terakhir akan mengerek kinerja UNTR di sisa tahun ini. Sebab, UNTR sudah memiliki kontrak penjualan jangka panjang yang mesti dipenuhi.
Baca Juga: Catat Besaran dan Jadwal Pembayaran Dividen Interim United Tractors (UNTR) "Ini kan (kenaikan harga batubara) bisa saja sesaat. Naik 5%, kadang besok turun. Batubara tergantung komitmen kontrak, sehingga fluktuasi yang ada di tengah-tengah ini tidak langsung memberikan pengaruh," imbuh Edhie. Dus, Edhie menegaskan UNTR tidak akan terburu-buru untuk mengubah rencana bisnisnya. Sejauh ini, UNTR masih fokus mengejar volume produksi dan penjualan batubara, nikel dan emas sesuai target yang telah ditetapkan hingga akhir tahun 2024.
UNTR membidik penjualan batubara sebanyak 13 juta ton, yang terdiri dari sekitar 10 juta ton batubara termal dan 3 juta ton batubara metalurgi. Di segmen nikel, UNTR menargetkan penjualan sebanyak 1,9 juta ton ore, yang terdiri dari sekitar 1,2 juta ton limonite dan 700.000 ton saprolite.
Baca Juga: United Tractors (UNTR) Lanjut Diversifikasi, Akuisisi Pengelola Hutan Rp 67,5 Miliar Kemudian untuk emas, UNTR mengejar volume penjualan sekitar 235.000 ons. UNTR menggenjot penjualan emas dengan adanya kontribusi dari PT Sumbawa Jutaraya (SJR), yang sudah mulai beroperasi pada kuartal III-2024. SJR diproyeksikan bisa menyumbang sekitar 15.000 ons. Di samping mengejar target penjualan pada tiga komoditas tersebut, UNTR juga melirik potensi ekspansi di segmen energi baru dan terbarukan, serta komoditas mineral strategis. "Kalau itu wait and see. Artinya kalau memang ada yang bagus dari segi parameter investasi, kami masuk," tandas Edhie.
Editor: Noverius Laoli