KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten dengan harga saham di level Rp 50 alias saham gocap masih cukup banyak tersebar di berbagai sektor. Supaya tidak nyangkut di saham gocap, Analis Fundamental B-Trade Raditya Krisna Pradana menyarankan pelaku pasar agar
wait and see terlebih dulu. Menurut Raditya, ada sejumlah sinyal atau indikasi yang perlu dicermati dalam pergerakan saham gocap.
Pertama, ada perbaikan kinerja yang menunjukkan peningkatan profitabilitas emiten. Terlebih, jika ada potensi untuk meraih hasil positif itu secara konsisten.
Kedua, sudah mampu menekan
debt to equity ratio (DER) sehingga terjadi penurunan.
Ketiga, profitabilitas dan DER yang menurun mencetak perbaikan arus kas bagi emiten tersebut.
Baca Juga: Reksadana Pasar Uang Jadi Satu-Satunya Reksadana yang Positif Sepekan Terakhir Ketiga hal itu penting untuk menimbang saham gocap. Sebab, selain karena kasus hukum atau persoalan yang sedang dihadapi oleh emiten, penyebab suatu saham terjerumus ke level Rp 50 tak lepas dari ketiga faktor tersebut. "Berdasarkan argumen tersebut, harga saham di level Rp 50 sudah sewajarnya dibutuhkan perbaikan kinerja secara signifikan agar harga saham perusahaan dapat mengalami peningkatan," kata Raditya kepada Kontan.co.id, Senin (20/6). Terhadap saham yang pergerakannya terus menurun di level bawah, Raditya menyarankan investor terus mencermati perkembangan kinerja dan bisnis perusahaan. Ini menjadi hal mendasar agar tidak tersangkut. "Selain itu, investor juga jangan lupa untuk menetapkan level
stop loss," tandas dia.
Baca Juga: IHSG Turun, Mulai Tembus Bawah Level 6.900 pada Senin (20/6) Pagi Hingga akhir pekan kemarin, saham gocap tersebar di berbagai sektor, baik yang tanpa maupun dengan notasi khusus (
special notation). Sebagai gambaran, di sektor properti di antaranya ada PT Repower Asia Indonesia Tbk (
REAL), PT DMS Propertindo Tbk (
KOTA), PT Bakrieland Development Tbk (
ELTY), hingga anak usaha BUMN, PT PP Properti Tbk (
PPRO). Kemudian saham gocap di sektor transportasi dan logistik, antara lain PT Express Transindo Utama Tbk (
TAXI), PT Dewata Freightinternational Tbk (
DEAL), dan PT Putra Rajawali Kencana Tbk (
PURA). Saham gocap juga terdapat di sektor energi, seperti PT Ratu Prabu Energi Tbk (
ARTI), PT Ginting Jaya Energi Tbk (
WOWS), dan PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (
BBRM). Sedangkan di sektor konsumer, perindustrian, dan barang baku ada PT Andalan Perkasa Abadi Tbk (
NASA), PT Saraswati Griya Lestari Tbk (
HOTL), PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (
CARS), PT Bakrie & Brothers Tbk (
BNBR), PT Citatah Tbk (
CTTH), dan PT Darmi Bersaudara Tbk (
KAYU). Emiten yang baru menggelar initial public offering (IPO) tahun ini juga ada yang sudah terperosok menjadi saham gocap, seperti yang terjadi pada PT Mitra Angkasa Sejahtera Tbk (
BAUT).
Baca Juga: Simak Pilihan Saham yang Akan Membagi Dividen di Pekan Ini Head of Research Analyst FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo juga menyarankan pelaku pasar untuk
wait and see dalam memilih saham gocap. Kecuali memang sudah menunjukkan pemulihan bisnis yang signifikan sehingga membuat sahamnya murah secara valuasi. Wisnu pun mengingatkan supaya jangan beli kucing dalam karung. Sehingga pelaku pasar mesti melakukan riset secara teliti sebelum membeli saham. Sembari mencermati berbagai katalis yang berkembang. "Supaya tidak nyangkut, idealnya juga disiplin melakukan
cut loss apabila dirasa penurunannya melebihi batas risiko yang bisa ditoleransi," ujar Wisnu.
Baca Juga: Waspada Volatilitas IHSG Jelang Rapat Bank Sentral Sinyal suatu saham bisa lepas dari level gocap biasanya akan ada kenaikan harga yang diiringi dengan kenaikan volume secara signifikan. "Juga diikuti dengan
corporate action yang positif, sehingga dapat menyebabkan kenaikan harga saham terus berlanjut hingga mencapai level tertentu," tandas Wisnu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati