KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Itama Ranoraya Tbk (
IRRA) membukukan pertumbuhan pendapatan yang signifikan sepanjang tahun lalu. IRRA mencetak kenaikan pendapatan 134% secara tahunan atawa
year on year (yoy) menjadi Rp 1,32 triliun di tahun 2021. Mengutip keterangan resminya, capaian pendapatan itu melampaui target yang awalnya dipatok 80%-00% yoy. Adapun penjualan untuk segmen non-pemerintah mendominasi pendapatan sepanjang tahun 2021 hingga Rp 663,8 miliar atau setara 50,4% dari total pendapatan. Sementara sisanya, berasal dari penjualan untuk segmen pemerintah hingga Rp 655,1 miliar. Asal tahu saja, penjualan untuk dua segmen ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2020, bertumbuh 247% yoy untuk segmen non-pemerintah dan 76% yoy untuk segmen pemerintah.
Baca Juga: Pendapatan Itama Ranoraya (IRRA) Naik di 2021, Ditopang Produk Rapid Test Covid-19 Apabila dilihat dari produknya, penjualan rapid test Covid berkontribusi hingga 71% terhadap total pendapatan atau setara Rp 939 miliar. Sementara itu, penjualan produk Auto Disable Syringe (ADS) Oneject mencapai 11%, Abbott Reagent sebesar 10%, Mesin Aphresis (Blood & Cell Therapy) sebesar 3%. Mencermati kondisi ini, Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei mengungkapkan, pertumbuhan kinerja yang signifikan berpotensi masih akan berlanjut di tahun 2022. "Melihat semakin tingginya kebutuhan alat kesehatan pada saat ini, terutama yang terkait dengan Covid-19 seperti jarum suntik dan alat rapid test," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (9/2). Adapun kebutuhan yang masih solid ini tidak terlepas dari gencarnya vaksinasi dan tes Covid-19.
Baca Juga: Permintaan Jarum Suntik IRRA Berpotensi Terdorong Program Vaksin Booster Di tengah beragam katalis postif itu, pelaku pasar tetap perlu mewaspadai adanya penurunan permintaan jarum suntik dan alat tes Covid. Faktor persaingan usaha bisa menjadi katalis yang memberatkan. Misalnya, muncul produk dari kompetitor dengan harga yang lebih kompetitif. Kendati begitu, Jono mencermati, IRRA telah memiliki langkah antisipasi dengan meluncurkan produk baru. Salah satunya, alat rapid tes non-covid yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan penjualan. Apabila dilihat dari pergerakan sahamnya, Analis Phillip Sekuritas Indonesia Joshua Marcius mengamati, IRRA sudah menembus neckline dari pola Double Top sejak tanggal 25 Januari 2022 dan hingga saat ini harga masih bergerak di bawah neckline double top-nya. Sehingga masih ada potensi untuk bergerak dalam tren
bearish jangka menengah.
Baca Juga: Vaksin Booster Segera Dimulai, Permintaan Jarum Suntik IRRA Berpotensi Meningkat Akan tetapi, pada tanggal 26 Januari 2022 terbentuknya
candle hammer pada area
support 1.730 dan
stochastic juga sudah mengarah ke atas area netralnya.
"Hal ini menunjukkan, secara tren jangka pendek masih ada peluang IRRA bergerak menguat secara terbatas untuk mencapai area sekitar
neckline double top yang telah tertembus dengan rentan
resistance Rp 1.890-Rp 1.905," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (9/2). Dus, saham IRRA disarankan untuk dihindari terlebih dahulu. Mengingat masih adanya peluang melanjutkan pelemahan harga ke depan setelah mencapai area
neckline double top. "Rekomendasi saham IRRA masih
hold," pungkas dia.
Baca Juga: Itama Ranoraya (IRRA) Raih Pendapatan Rp1,3 Triliun Sepanjang 2021 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati