JAKARTA. Investor asing semakin agresif memburu rente di surat berharga negara (SBN). Tak pelak, kepemilikan asing atas SBN pun, kini mencapai rekor tertinggi. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan menunjukkan, investor asing menggenggam Rp 279,46 triliun SBN per 20 Februari 2013. Porsi kepemilikan asing ini mencapai 33,56% dari total SBN sebesar Rp 832,82 triliun. Porsi kepemilikan asing tertinggi sebesar 34,01% pada Juni 2011. Namun, porsi asing saat ini lebih tinggi dibanding rata-rata kuartalan sejak tahun 2008 di angka 25,33%.
Head of Debt Capital Market BCA Sekuritas, Herdi Ranu Wibowo mengatakan, masuknya asing dipicu oleh strategi investor yang cenderung agresif mengejar imbal hasil di awal tahun. "Investor asing biasanya agresif di awal-awal tahun. Namun, porsi asing ini belum terlalu mengkhawatirkan," tutur Herdi, Kamis (21/2). Kendati demikian, Herdi mengakui, investor asing mengkhawatirkan adanya defisit perdagangan Indonesia yang membuat rupiah tertekan. "Defisit perdagangan Indonesia diperkirakan membaik sehingga investor masih berminat masuk," kata Herdi. Ia memperkirakan, memanasnya suhu politik menjelang tahun pemilihan umum 2014 juga tidak banyak berpengaruh terhadap minat asing. Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih mengatakan, banjirnya likuiditas global mendorong investor asing untuk masuk ke negara-negara
emerging market, termasuk Indonesia. Menurut Lana, Indonesia masuk dalam 10 besar negara yang menjadi tujuan investasi di Asia.
Lana menambahkan, saat ini juga terjadi pengalihan dana dari obligasi Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun ke negara-negara
emerging market di Asia sehingga Indonesia juga kecipratan. Ia mengakui, imbal hasil alias
yield obligasi Indonesia sudah rendah dan
return yang diperoleh juga tidak terlalu tinggi lagi. Namun, investasi di SBN masih menguntungkan bagi investor asing bila menghitung
return bersih.
Return obligasi Indonesia masih menguntungkan dibanding negara lain di Asia karena nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus menguat. "Sedangkan negara lain sedang mengalami pelemahan nilai tukar mata uang," tutur Lana. Jemmy Paul, analis Sucorinvest Asset Management mengatakan, masuknya asing dipengaruhi oleh stabilitas rupiah dan pertumbuhan ekonomi. "Hal ini mendorong investor asing yang selama ini menunggu kepastian akhirnya masuk lagi ke pasar SBN," kata Jemmy. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati