KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2021 menjadi tahun yang paling ramai dengan aksi pencatatan umum saham perdana. Namun, sejumlah pasar memperkirakan, hal tersebut akan sulit terulang di tahun 2022, mengingat prospek kenaikan suku bunga dan pengetatan cengkeraman China pada perusahaan-perusahaan teknologi besar jadi penghadang. Memang, penawaran umum saham perdana alias initial public offering (IPO) di kawasan telah mencapai US$ 190 miliar sepanjang tahun 2021. Ini menjadi rekor tertinggi, dengan naik 31% dari total nilai IPO sepanjang tahun 2020. Namun, momentum IPO telah melemah dalam beberapa bulan terakhir karena Beijing meningkatkan serangan regulasi terhadap perusahaan swasta, menunda kesepakatan besar dan menyuntikkan ketidakpastian ke tahun depan.
Mengutip Bloomberg (19/12), para bankir memperkirakan, pasar IPO Asia tidak terlalu hiruk pikuk dan lebih seimbang pada 2022. Lanskap daftar juga mungkin terlihat lebih beragam, dengan Korea Selatan dan India maju dan industri dari energi bersih hingga layanan keuangan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh perusahaan teknologi China yang dulu dominan. Perusahaan di India, Korea Selatan, dan Indonesia, semuanya telah meningkatkan jumlah rekor melalui penjualan saham pertama kali di tahun ini. Baca Juga: Bersiap IPO di Kuartal I 2022, GoTo Tunjuk Dua Penjamin Emisi