CG Power jaring peluang 35.000 megawatt



JAKARTA. PT CG Power System Indonesia terus memantapkan dominasi dalam penguasaan pasar trafo power di Indonesia. Tidak hanya melalui penguasaan pasar yang mencapai 58%, CG Power juga meningkatkan kapasitas untuk memenuhi permintaan PLN terkait dengan kebutuhan gardu induk. 

Perusahaan yang sejak tahun 1996 beroperasi di Indonesia itu mengaku terbantu dengan program 35.000 MW dan mulai berfokus menggarap pasar domestik. Sebelumnya, 70% penjualan perusahaan lebih menyasar pasar ekspor, khususnya ke Australia dan Selandia Baru.

Rupinder Kumar, Head Global Sales Network Indonesia PT CG Power Systems Indonesia, mengatakan, sejak peluncuran program 35.000 MW,  pihaknya kebagian berkah, sebab order trafo power PLN meningkat. Dan saat bersamaan hal ini mengalihkan fokus pasar CG dari ekspor ke pasar domestik. 


Tahun ini 90% penjualan domestik CG Power menyasar ke PLN sebagai klien terbesar. Dalam hitung-hitungannya, bila program 35.000 MW berjalan sesuai rencana, PLN harus membangun 960 gardu induk lagi dari saat ini hanya 1.070 gardu induk.

Kebutuhan trafo pada gardu induk itu  merupakan kesempatan emas bagi CG Power mendongkrak performa penjualan di Indonesia. Tahun lalu, CG Power mendapatkan kontrak dengan PLN untuk menyupplai 140 trafo power sebesar US$ 26 juta. Tahun ini jumlah itu meningkat,  dengan permintaan 160 unit trafo power senilai US$ 36 juta, dari total kebutuhan PLN mencapai 260 unit trafo.

Padahal, kapasitas produksi CG Power dari pabrik yang terletak di Cileungsi, Jawa Barat hanya 12.000 megavolt ampere (MVa) per tahun atau setara 180 unit trafo power. Itupun perusahaan sudah meningkatkan kapasitas hingga  50% di tahun 2014 lalu.

Tidak hanya suplai trafo ke PLN, CG Power juga menyuplai komponen lain berupa subtanstion automation dan high voltage gear, yang termasuk dalam komponen dalam gardu induk. "Pasar di luar PLN tidak signifikan, pasar ekspor itu menarik. Namun CG Power mendapatkan  sedikit keuntungan dengan program 35.000 MW. Prospeknya sangat baik, paling tidak sampai tahun 2019, di Indonesia masih sangat bagus," ujar Rupinder kepada KONTAN, Senin (10/10).

Dia mengatakan, program 35.000 MW merupakan angin segar bagi industri listrik. Apalagi waktunya seiring jenuhnya pasar di Australia dan Selandia Baru, yang merupakan pasar tujuan ekspor terbesar CG Power. 

Sebagai perusahaan yang sudah malang melintang di Indonesia, CG Power juga melihat pasar Indonesia menggunakan pendekatan inovatif. Salah satunya dengan meluncurkan produk mobile substantion yang merupakan gardu listrik berjalan atau truck power. 

Menurut Rupinder, belum banyak perusahaan masuk ke segmen mobile substantion tersebut, praktis hanya pemain Eropa. Namun harga yang ditawarkan pemain Eropa tidak kompetitif di pasar Indonesia, apalagi CG Power sudah memenuhi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) mencapai 50%.

Rupinder menjelaskan, pengembangan  mobile substanstion ini sudah dilakukan sejak tahun 2010. Sejauh ini pihaknya sudah menjual lebih dari 50 unit ke berbagai negara, seperti Australia, Malaysia, Filipina, Paraguay, Venezuela dan Tanzania.

Sementara 16 unit dijual ke PLN sebagai back up atau menyasar daerah-daerah terpencil yang minim infrastruktur. Sebagai negara kepulauan, Indonesia merupakan pasar produk inovatif  sektor kelistrikan. Makanya ke depan CG Power akan lebih banyak menyiapkan produk inovatif untuk menyambut gairah industri listrik.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini