Chairul Tanjung: Ada 4 tantangan ekonomi di 2014



JAKARTA. Komite Ekonomi Nasional (KEN) memaparkan prospek ekonomi nasional tahun 2014 mendatang di tengah semaraknya pesta demokrasi pemilihan umum.

Menurut Ketua KEN Chairul Tanjung (CT), secara umum perekonomian Indonesia masih baik meski harus menghadapi sejumlah tantangan. KEN melihat ada empat tantangan perekonomian nasional pada tahun 2014. Tantangan tersebut berpotensi membuat perekonomian Indonesia semakin terpuruk, atau bisa menjadi peluang untuk maju. Semuanya tergantung pada kinerja dan keseriusan pemerintah menyikapi dan merespon tantangan tersebut. Pertama adalah situasi perekonomian global yang kondisinya telah berubah. Negara-negara maju, yang tadinya relatif terbelit masalah perekonomian dan mengalami pertumbuhan yang rendah, kini mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan.

Sebaliknya, negara-negara berkembang atau emerging market yang tadinya mengalami pertumbuhan, kini menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.


"Hal ini juga berakibat pada perekonomian Indonesia, mulai mengalami perlambatan pertumbuhan," ujar CT dalam acara Outlook Economic 2014 di Hotel Sultan, Selasa (3/12). CT mengambil contoh perekonomian Amerika Serikat (AS) yang mengalami pertumbuhan lebih tinggi dari yang diperkirakan dan mengakibatkan penurunan pengangguran secara signifikan menjadi 7,2%.

Pada kuartal pertama tahun 2014, pengangguran di AS akan turun lagi di bawah 7%. Kondisi yang baik ini membuat pemerintah AS dan Bank Sentral AS atau The Fed yang selama ini memberikan stimulus yang besar ke pasar agar ekonominya bisa tumbuh, berencana menarik kembali stimulus itu. "Kalau tidak ditarik, akan menimbulkan inflasi yang berlebihan di negara tersebut," terangnya.

Dampak tapering off Dampak penarikan stimulus atau dikenal dengan tapering off tersebut akan menyebabkan tertariknya uang yang beredar di pasar dunia kembali ke AS.

Uang yang tadinya membanjiri negara-negara berkembang dan mengutungkan negara-negara berkembang, kini arus balik keluar dana dari negara berkembang, termasuk Indonesia menyebabkan pertumbuhan perekonomian melemah dan suku bunga meningkat.

Maka Bank Indonesia (BI) mengantisipasi tapering off ini dengan menaikkan suku bunga yang saat ini sudah 7,5% dan melakukan stabilisasi di sektor keuangan. "Kebijakan ini, untuk jangka pendek baik, tapi kalau salah sasaran bisa buruk pada perekonomian kita," ujar CT. Kedua adalah peningkatan konsumsi domestik Indonesia yang luar biasa tidak dibarengi dengan tingkat produksi. Penduduk Indonesia yang cukup besar mencapai sekitar 250 juta jiwa dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat membuat permintaan dan konsumsi masyarakat semakin meningkat.

Tapi, karena tidak dibarengi dengan pertumbuhan produksi dalam negeri, maka kondisi ini menyebabkan meningkatnya produk impor yang luar biasa.

Ketidakseimbangan antara permintaan masyarakat dan produksi nasional menyebabkan ketimbangan pada perekonomian. Indonesia mengalami defisit perdagangan dan defisit neraca pembayaran. Ketiga, Indonesia memasuki tahun politik, baik tahun 2013 maupun tahun 2014 mendatang. Akibatnya, sebagian besar investor asing dan domestik berada dalam posisi wait and see atau menunggu pemilu tahun depan.

Investor tersebut menunda mengambil keputusan sampai Indonesia memiliki pemimpin baru, dan apakah pemimpin baru itu pro pasar, dan concern pada perekonomian atau tidak.

"Apakah pemimpin Indonesia ke depan mengerti pasar dan perekonomian, itu menjadi tanda tanya besar bagi investor," imbuh CT. Akibatnya, saat ini, meskipun investasi Indonesia tetap tumbuh tapi relatif melambat pertumbuhannya. Keempat adalah, optimisme menghadapi tantangan pertama, kedua dan ketiga tadi. Artinya, meskipun ada tantangan yang berat bagi perekonomian Indonesia pada tahun-tahun masa transisi pemerintahan ini, tapi Indonesia sebenarnya bisa melihat peluang untuk maju.

Peluang tersebut menurut CT adalah jumlah penduduk Indonesia yang besar dan meningkatnya kelas menengah Indonesia menjadi pasar yang menggiurkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, bonus demografi yang dialami Indonesia, dimana sebagian besar penduduk Indonesia berusia produktif. Di sisi lain, hadirnya pemimpin baru Indonesia tahun depan disertai dengan harapan akan adanya perubahan.

Jadi pada kuartal IV 2014 mendatang, atau pasca berkuasanya pemimpin baru Indonesia, KEN optimis, perekonomian Indonesia akan mengalami perbaikan yang signifikan.

Tentu saja hal itu harus disertai dengan komitmen dan langkah-langkah yang fundamental dari pemerintah baru untuk mengubah struktur perekonomian yang saat ini masih membutuhkan perbaikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan