KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Champion Pacific Indonesia Tbk (
IGAR) diproyeksikan bakal melandai pada tahun ini. Kendati begitu, emiten yang bergerak di bidang usaha kemasan ini membidik laba bersih dikisaran Rp 40 miliar hingga tutup tahun 2020. Presiden Direktur IGAR Antonius Muhartoyo memperkirakan, kinerja IGAR hingga akhir 2020 berpotensi turun tipis sebesar 2,65% dibandingkan tahun lalu. Meski begitu, pihaknya tetap mengejar tambahan laba bersih paling tidak sekitar Rp 2 miliar-Rp 3 miliar dibanding capaian Kuartal III-2020. "Saya hitung 2,65% (potensi penurunan). Kira-kira bisa tambah Rp 2 miliar-Rp 3miliar lagi. Semoga bisa (tembus di kisaran Rp 40 miliar)," ungkap Antonius kepada Kontan.co.id, Rabu (16/12).
Hingga Kuartal III-2020, IGAR mengantongi laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 35,69 miliar. Angka itu turun tipis 3,19% dibanding perolehan laba bersih perusahaan pada periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 36,87 miliar. Menurut Antonius, proyeksi kinerja tersebut menunjukkan bahwa IGAR masih bisa mempertahankan kinerjanya di tengah tekanan pandemi covid-19. Pasalnya, raihan penjualan kemasan merosot selama masa pandemi ini. Meski pendapatan IGAR didominasi oleh segmen kemasan industri farmasi, namun masa pandemi justru menekan kinerja. Sebab, industri kesehatan bertumpu pada penanganan covid-19, sedangkan permintaan kemasan dari segmen farmasi lainnya mengalami penurunan. Permintaan industri farmasi yang merosot itu tak lepas dari penurunan belanja BPJS juga permintaan dari rumah sakit untuk penanganan selain Covid-19. "Kan nggak semua pabrik farmasi bisa survive, nggak semua dalam kondisi baik. BPJS menurun, pemakian obat juga menurun, masyarakat sempat takut ke rumah sakit," terang Antonius.
Baca Juga: Kinerja Champion Pacific Indonesia (IGAR) berpotensi turun sekitar 3% tahun ini Padahal, segmen kemasan industri farmasi sangat dominan bagi IGAR, dengan kontribusi mencapai 90% terhadap pendapatan. Sedangkan 10% sisanya berasal dari segmen kemasan non-farmasi seperti makanan yang juga mengalami penurunan. Tren kenaikan ada di segmen kemasan pertanian seperti untuk benih dan pupuk. Namun, jumlahnya belum signifikan. Antonius berharap, segmen kemasan non-medis bisa bertumbuh mulai tahun depan. Asal tahu saja, penjualan kemasan perusahaan untuk industri farmasi memang mengalami penurunan yang mini sebesar 0,75% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula Rp 521,98 miliar pada Januari-September 2019 menjadi Rp 518,04 miliar di Januari-September 2020. Penjualan perusahaan pada lini industri non-farmasi menyusut dengan penurunan yang lebih dalam, yakni 15,80% yoy dari Rp 88,57 miliar pada Januari-September 2019 menjadi Rp 74,57 miliar di Januari-September 2020.
Alhasil, penjualan bersih IGAR turun 2,93% yoy menjadi Rp 592,61 miliar pada sembilan bulan pertama tahun ini. Sebelumnya, realisasi penjualan bersih IGAR mencapai Rp 610,55 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Antonius berharap, dengan mulai didistribusikannya vaksin covid-19, kondisi tahun depan bisa membaik. Sehingga, IGAR pun bisa kembali menggenjot kinerjanya. Namun, IGAR belum akan agresif untuk melakukan ekspansi bisnis. IGAR justru akan selektif dan melakukan efisiensi dalam mengalokasikan belanja modal. "Setiap tahun meningkatkan efisiensi. Tapi saya kira optimistis, (vaksin) membawa cerah, tahun depan lebih baik lagi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .