Champion Pacific Indonesia (IGAR) kesulitan menaikkan harga jual



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen kemasan PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR) tampaknya sulit mengharapkan pertumbuhan laba bersih di tahun ini. Pasalnya, pabrikan didera kenaikan harga bahan baku dan tidak dibarengi dengan penyesuaian harga jual produk.

Seperti yang diketahui, bahan baku utama yang dipakai ialah aluminium foil yang sebagian besar didatangkan dari impor. Fluktuasi kurs yang menyebabkan penguatan dolar AS kali ini menambah beban produksi perseroan.

Antonius Muhartoyo, Presiden Direktur PT Champion Pacific Indonesia Tbk mengatakan saat ini mayoritas klien perseroan ialah produsen farmasi, yang harga produk obatnya belum mengalami kenaikan. "Untuk itu kami masih negosiasi harga, sebab kami tak bisa langsung menaikkannya (harga produk)," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (11/10).


Mengenai wacana kenaikan harga produk obat JKN yang diusulkan produsen farmasi, Antonius merespon positif dan berharap hal tersebut segera terealisasi. "Sebab kalau harga jual tidak bisa naik keuntungan kami terus tergerus," sebutnya.

Meskipun secara topline, pendapatan bersih IGAR tetap bertumbuh, hal ini tak lain disebabkan oleh volume permintaan kemasan kian meningkat. Sayangnya untuk capaian sampai kuartal III tahun 2018 ini Antonius belum dapat membeberkannya.

Namun untuk volume penjualan sampai dengan September tahun ini sudah naik kisaran 15%-20% dibandingkan periode sama tahun lalu. Sedangkan untuk raihan laba bersih, ia mengklaim perseroan tetal bisa menjaga agar tetap meraih laba bersih dan menghindari kerugian.

Sejauh ini, proyeksi dari Antonius untuk raihan laba bersih sampai akhir tahun nanti diperkirakan kurang baik alias menurun dibandingkan tahun lalu. Namun untuk perolehan revenue, IGAR masih optimis mampu mencatatkan pertumbuhan di atas 5% di tahun 2018.

Mengintip laporan keuangan semester I-2018, penjualan perseroan tercatat naik 7,8% menjadi Rp 400 miliar. Sayangnya beban pokok penjualan terdongkrak lebih tinggi 12% dari Rp 303 miliar menjadi Rp ,340 miliar di paruh pertama tahun ini.

Sehingga laba kotor perseroan sepanjang semester-I 2018 tercatat Rp 60 miliar, turun 11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 68 miliar. Alhasil, setelah dikurangi beban keuangan, administasi dan lainnya didapati laba bersih IGAR sampai Juni 2018 ialah Rp 30 miliar, atau merosot 23% year on year (yoy) dibandingkan tahun lalu Rp 39 miliar.

Segmen farmasi masih mendominasi penjualan sebesar 88% dari total revenue atau senilai Rp 352 miliar, naik 9,6% yoy. Sedangkan kemasan non-farmasi turun 4% yoy menjadi Rp 48 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .