JAKARTA. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk akan memacu bisnis lebih kencang tahun ini. Berbekal fasilitas nafta
cracker yang sudah beroperasi lagi, perusahaan petrokimia tersebut tak perlu lagi mengandalkan bahan baku nafta impor. Nafta
cracker adalah bahan penghasil etilena, propilena,
mixed C4 dan
pyrolysis gasoline (
py-gas). Nah, beroperasinya pabrik nafta
cracker membikin Chandra Asri bisa mengerek kapasitas produksi etilena, propilena,
mixed C4 dan
py-gas hingga 43%, atau total 2,05 juta ton per tahun. Perinciannya,
pertama, kapasitas produksi etilena akan meningkat dari 600.000 ton per tahun, menjadi 860.000 ton per tahun.
Kedua, propilena akan meningkat dari 320.000 ton per tahun menjadi 470.000 ton per tahun.
Ketiga, kapasitas produksi
py-gas akan meningkat dari 280.000 ton per tahun ke 400.000 ton per tahun. Lantas
keempat, mixed C4 akan meningkat dari 220.000 ton per tahun menjadi 315.000 ton per tahun. Peningkatan kapasitas produksi akan terjadi secara bertahap. Kapasitas etilena misalnya, pada akhir bulan ini akan mendekati 800.000 ton per tahun. Lantas, per Februari 2016 akan mencapai 860.000 ton per tahun. Chandra Asri optimistis peningkatan kapasitas produksi tersebut tak akan sia-sia. Perusahaan berkode TPIA di Bursa Efek Indonesia tersebut menilai, kebutuhan petrokimia di dalam negeri akan tumbuh lebih tinggi ketimbang pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). Dengan asumsi PDB Indonesia tumbuh 5,3% tahun ini, permintaan produk petrokimia naik sekitar 7%-8%. "Dikaitkan dengan PDB karena petrokimia berkaitan dengan barang produksi," kata Suryandi Direktur
Human Resorces Development sekaligus Sekretaris Perusahaan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, Senin (25/1). Maka dari itu, Chandra Asri melempar 80% produk ke pasar dalam negeri. Ada tiga produk yang dilempar ke dalam negeri yakni etilena, propilena dan
mixed C4. Namun, hanya
mixed C4 yang Chandra Asri jual ke konsumen. Sementara dua produk lain, mereka pakai sendiri. Perusahaan tersebut memakai etilena dan propilena sebagai bahan baku pembuatan polietilena dan polipropilena. Barulah 20% sisanya menjadi jatah pasar ekspor. Chandra Asri mengekspor
py-gas. Dua contoh negara ekspor seperti Singapura dan Thailand. Target seperti 2014 Kebutuhan pasar dalam negeri yang masih besar tersebut lantaran pasokan produk petrokimia di tanah air juga masih minim. "Permintaan yang masih tinggi serta kondisi
under supply membuat harga jual masih lebih baik," kata Suryandi. Pada saat yang sama, Chandra Asri menakar, penurunan harga minyak dunia akan berdampak positif bagi mereka. Pasalnya, biaya bahan baku akan makin murah. Alhasil, perusahaan itu berpotensi mengutip margin lebih besar.
Meski mengantongi sejumlah katalis positif, Chandra Asri cuma memprediksi pendapatan 2016 ini kurang lebih sama dengan pencapaian 2014. Pendapatan mereka di 2014 sebesar US$ 2,46 miliar. Sepanjang tahun 2015, Chandra Asri memperkirakan pendapatannya sekitar US$ 1,14 miliar. Pasalnya, sejak September hingga tiga bulan berikutnya, perusahaan ini mematikan sistem produksi. Ini dalam rangka proses
tie-in alias penyambungan fasilitas nafta
cracker. Pada tahun ini, Chandra Asri menyediakan dana belanja modal alias
capital expenditure US$ 20 juta. Belanja modal ini untuk kebutuhan perawatan mesin pabrik. Sumbernya kas internal. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan