KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Chandra Asri Group melalui anak usahanya, Krakatau Daya Listrik (KDL) akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Waduk Krenceng Cilegon. Konstruksi pembangkit hijau ini dibagi ke dalam dua fase pembangunan, fase pertama 9,6 Megawatt Peak (MWp) dan fase kedua 22,4 MWp sehingga totalnya 32 MWp. Diproyeksikan pembangkit hijau ini akan rampung seluruhnya pada 2025 mendatang. Head of Corporate Communications Chandra Asri, Chrysanthi Tarigan menjelaskan, sebagai mitra pertumbuhan bagi Indonesia, Chandra Asri mendukung upaya Pemerintah dalam dekarbonisasi serta usaha untuk mencapai target energi baru terbarukan (EBT).
Hal ini juga sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 112 Tahun 2022 serta target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Baca Juga: PLTS Terapung Cirata Siap Beroperasi, Tahun Depan Sudah Hasilkan Pendapatan “Komitmen inilah yang mendukung Chandra Asri untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) melalui anak usahanya, Krakatau Daya Listrik (KDL),” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (22/9). Chrysanthi mengatakan, potensi bisnis PLTS cukup besar karena Indonesia berada di garis khatulistiwa sehingga disinari matahari sepanjang tahun. Dengan melimpahnya sinar matahari ini, pihaknya melihat, ke depannya pembangkit surya akan menjadi penopang pasokan energi bersih di Tanah Air. Pemerintah Indonesia telah memperkirakan potensi PLTS Terapung di dalam negeri mencapai 28.197,6 megawatt (MW) yang berasal dari 211 waduk sebesar 6.348,1 MW dan danau mencapai 21.849, 5 MW. Dilihat dari sisi pasar, kesadaran masyarakat Indonesia dan sektor industri akan penggunaan EBT juga semakin besar. “Dengan adanya potensi pengembangan dan juga market di Indonesia, maka Chandra Asri melalui anak usahanya Krakatau Daya Listrik akan terus mengembangkan proyek PLTS, termasuk PLTS terapung,” jelasnya.
Baca Juga: PLTS Terapung Cirata Segera Beroperasi, Nilai Proyek Mencapai US$ 143 Juta Saat ini, Krakatau Daya Listrik (KDL) berencana memulai konstruksi proyek PLTS Terapung di Waduk Krenceng tahap satu pada 2024 dengan kapasitas 9,6 MWp dan berlanjut ke tahap berikutnya hingga total mencapai 32 MWp. Chrysanthi menjelaskan, jika dengan menggunakan “
rule of thumb” kebutuhan investasi PLTS senilai US$ 1 juta per MWp, maka untuk membangun PLTS Terapung Waduk Krenceng 32 MWp ini dibutuhkan sekitar US$ 30 juta. Selain itu, alat f
loater solar panel nantinya menggunakan 100%
plastic polymer HDPE bernilai tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) tinggi yang merupakan hasil produksi dari Chandra Asri grade HDPE ASRENE UB5206H. “Kami menargetkan untuk merampungkan PLTS terapung di Waduk Krenceng tahap satu dengan kapasitas 9,6 MWp atau sekitar 5% luasan waduk pada akhir 2024. Sedangkan tahap dua dengan tambahan kapasitas 22,4 MWp atau sekitar 20% luasan waduk diperkirakan akan selesai di tahun 2025,” ungkapnya.
Baca Juga: PLTS Terapung Cirata Segera Beroperasi, Pembangkit Surya Besar Lainnya Akan Menyusul Dia menyatakan, hasil listrik hijau dari PLTS ini akan digunakan untuk mencapai bauran energi yang ditargetkan pemerintah di Wilayah Usaha Krakatau Daya Listrik (KDL). Dalam catatan sebelumnya, Krakatau Daya Listrik telah berhasil memasang panel surya di berbagai proyek, termasuk industri dan ritel, dengan total kapasitas listrik energi baru terbarukan mencapai 958 kWp dan ditargetkan proyek PLTS yang akan dikerjakan mencapai 3 MWp di tahun 2023. Krakatau Daya Listrik mengembangkan usaha pembangunan pembangkit panel surya dengan empat mekanisme yang berbeda. Direktur Utama Krakatau Daya Listrik, Nandang Hariana menyatakan, empat mekanisme pemasangan solar panel yang difasilitasi KDL ialah
solar on grid system, solar off grid system, on grid with battery back-up system, dan
solar hybrid system. Sebagai perincian, Solar On Grid System mengintegrasikan panel surya dengan jaringan listrik, memungkinkan energi yang dihasilkan langsung disalurkan melalui jaringan listrik tanpa memerlukan baterai sebagai penyimpanan cadangan.
Baca Juga: PLN IP Tegaskan Telah Gunakan Teknologi Ramah Lingkungan pada Operasional Pembangkit Solar Off Grid System beroperasi secara mandiri tanpa koneksi ke jaringan listrik, memerlukan penyimpanan energi dalam baterai untuk penggunaan berdasarkan kapasitas baterai. On Grid with Battery Back-Up System, di mana panel surya mengalirkan energi ke jaringan listrik dan menyimpan kelebihan energi dalam baterai sebagai cadangan saat matahari tidak bersinar. Solar Hybrid System menggabungkan berbagai sumber energi untuk memenuhi kebutuhan listrik bangunan dan memungkinkan integrasi antara sistem yang berbeda. "Dengan berbagai pilihan ini, KDL dapat memberikan solusi pemasangan panel surya yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan,” ujarnya.
Baca Juga: PLTS Cirata Akan Beroperasi, Berapa Kontribusi ke Pendapatan PLN Nusantara Power? Di internal perusahaan, Krakatau Daya Listrik telah memasang panel surya di beberapa lokasi penting, seperti gedung Main Transfer Station 150 kV, area parkir, serta area workshop TMS, dengan total kapasitas mencapai lebih dari 400 kWp. Di eksternal, pihaknya juga telah berkontribusi melalui Rooftop Photovoltaic (PV) di Gedung Teknologi PT Krakatau Steel dan Gudang Coil PT Krakatau Pipe Industries. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli