KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (
TPIA) mengalami penurunan pendapatan bersih 14,6% secara tahunan atau
year on year (YoY) menjadi US$ 1,66 miliar per akhir kuartal III-2023. Penurunan pendapatan bersih ini dipengaruhi oleh gangguan suplai dan permintaan eksternal yang berujung pada keseluruhan volume penjualan TPIA yang lebih rendah selama sembilan bulan pertama 2023. Padahal, volume penjualan petrokimia TPIA pada periode sembilan bulan 2023 mencapai 1.608 kiloton (KT), meningkat dari 1.568 KT pada periode yang sama tahun lalu. Tetapi, harga penjualan TPIA mengalami penurunan pada sembilan bulan 2023 dibandingkan dengan sembilan bulan 2022.
Baca Juga: Ini Kata Inalum Terkait Penyertaan Saham di Chandra Asri Alkali Beban pokok pendapatan TPIA menurun menjadi US$ 1,59 miliar per kuartal III-2023 dari sebelumnya US$ 1,95 miliar per kuartal III-2022 terutama dikarenakan harga bahan baku rata-rata yang lebih rendah.
Tercatat bahwa rata-rata harga Naphtha pada Januari-September 2023 berada di level US$ 645 per ton, dibandingkan rata-rata harga pada Januari-September 2023 sebesar US$ 851 per ton. Penurunan harga Naphtha sejalan dengan penurunan harga rata-rata minyak mentah jenis Brent sebesar 18,6% pada Januari-September 2023 menjadi US$ 83 per barrel.
Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) & Inalum Kerjasama Pasokan dan Investasi Ekosistem EV Meskipun terdapat ketidakpastian geopolitik dan harga energi yang berlanjut, TPIA tetap optimis mengenai prospek jangka panjangnya dan dengan tekun mengejar rencana ekspansinya dengan fokus dan disiplin, sambil memperkuat rantai nilai industri Indonesia. "Strategi merger dan akuisisi (M&A) programatik dan integrasi aset inti infrastruktur yang diakuisisi berjalan lancar dan sesuai dengan harapan. Hal ini untuk mendukung upaya perusahaan memperkuat inti keuangannya," ungkap Direktur Chandra Asri Petrochemical Suryandi dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (31/10). TPIA terus melanjutkan sesuai rencana, yakni ekspansi pabrik
caustic soda and ethylene dichloride yang diumumkan sebelumnya untuk mendukung pengembangan industri hulu aluminium dan sekaligus mewujudkan percepatan ekosistem Electric Vehicle (EV) domestik yang berkelanjutan. "Kami telah menandatangani Letter of Intent dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) yang mencakup potensi offtake produk dan investasi ekuitas," kata Suryandi.
Baca Juga: IHSG dan Rupiah Anjlok, Net Sell Gede, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini Selain itu, pada kuartal III-2023 TPIA bergabung dengan Bank Rakyat Indonesia yang menyediakan fasilitas pembiayaan guna mendukung ekspansi dan pertumbuhan pelanggan hulu domestik.
Komitmen TPIA terhadap ekonomi sirkular dan transisi energi diakui dengan ASEAN Plastic Waste Circularity Award, dan TPIA terpilih sebagai pemenang utama dari 700 sumbangan di seluruh wilayah tersebut dalam bidang keberlanjutan yang kritis ini. TPIA juga berhasil mempertahankan statusnya sebagai perusahaan dengan "Risiko Rendah" menurut Sustainalytics, dengan peningkatan tingkat risiko ESG dari 17,7 menjadi 16,6 sehingga menjaga posisi unggul di antara perusahaan industri dalam IDX ESG Leaders Index yang dirancang oleh Bursa Efek Indonesia. Pencapaian-pencapaian yang diungkapkan tersebut selaras dengan visi terbaru TPIA untuk menjadi "Perusahaan Kimia Terdepan dan Solusi Infrastruktur di Indonesia" dengan misi yang dibangun di atas pilar solusi inovatif dan kemitraan yang kuat, didukung oleh komitmen yang kokoh terhadap keberlanjutan, keselamatan, dan praktik terbaik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli