JAKARTA. Perusahaan petrokimia PT Chandra Asri Petrochemichal Tbk menjual aset tetap berupa tanah kepada cucu perusahaan PT Synthetic Rubber Indonesia. Nilai penjualan tanah tersebut mencapai US$ 32,36 juta. Tanah itu berada di kompleks pabrik Chandra Asri di Cilegon, Banten. Luasnya 161.830 meter persegi (m²). Hasil penjualan tanah tersebut kemudian masuk menjadi kas bagi Chandra Asri. Menariknya, perusahaan berkode TPIA di Bursa Efek Indonesia tersebut memilih menginjeksikan perolehan dana itu kepada Synthetic Rubber sebagai tambahan modal. "Jadi sama saja, untuk pembangunan perusahaan secara konsolidasi dan keseluruhan," ujar Harry Tamin, Investor Relation PT Chandra Asri Petrochemichal kepada KONTAN, Senin (6/4).
Sebagai catatan, Chandra Asri tak memiliki sendiri Synthetic Rubber. Saat ini porsi kepemilikan saham perusahaan itu adalah 45% milik Chandra Asri melalui PT Styrindo Mono Indonesia. Lantas, 55% milik Compagnie Financiere Du Groupe Michelin (Michelin). Saat ini, Synthetic Rubber sedang dalam proses menyelesaikan dua rencana ekspansi. Pertama, membangun pabrik yang direncanakan untuk memproduksi 80.000 ton styrene butadiene rubber per tahun dan 40.000 ton poly butadiene rubber per tahun. Lokasi pabrik itu di Cilegon. Nilai investasi pembangunan pabrik itu US$ 350 juta. Pabrik yang mulai dibangun awal tahun ini tersebut, diharapkan beroperasi awal 2017. Kedua, merambah produksi berupa naphta cracker di pabrik Cilegon yang sudah berdiri. Nilai investasi ekspansi tersebut US$ 380 juta. Rencananya, ekspansi ke bisnis naphta cracker bisa terealisasi di Januari 2016. "Pada Desember kemarin sudah rampung 68%, jadi kami rencanakan selesai tepat waktu," ujar Harry. Pasca realisasi produksi naphta cracker nanti, kapasitas produksi petrokimia hulu Chandara Asri rata-rata akan meningkat sebesar 43%. Antara lain produksi etilena yang saat ini 600.000 ton per tahun akan menjadi 860.000 ton per tahun. Selain itu produksi propilena akan membesar dari 320.000 ton per tahun, menjadi 470.000 ton per tahun. Tidak hanya itu, produksi mixed C4 Chandra Asri yang tadinya 220.000 ton per tahun akan menjadi 315.000 ton per tahun. Lantas, produksi py-gas dari 280.000 ton per tahun akan menjadi 400.000 ton per tahun. Produksi terkoreksi Namun, sebelum akhirnya kapasitas produksi petrokimia meningkat, mau tidak mau, manajemen Chandra Asri harus menyetop produksi selama 90 hari. Alasannya, perusahaan tersebut harus menyambungkan mesin lama dengan mesin naphta cracker yang baru.
Penyambungan mesin itu akan dilakukan antara pertengahan Agustus hingga November 2015. "Sekaligus kami gunakan waktu itu untuk maintenance rutin yang dilakukan tiap empat tahun sekali," terang Harry. Otomatis, dampak dari penghentian sementara produksi itu adalah volume produksi berkurang. Termasuk, potensi pendapatan juga terpangkas selama tiga bulan. Sayangnya, meski mengakui kemungkinan itu, manajemen Chandra Asri tak mau membeberkan potensi penurunan kinerja tahun ini. Untuk diketahui, selain produk petrokimia yang sudah disebutkan tadi, Chandra Asri juga memproduksi produk lain. Sebut saja poli etilena dengan kapasitas produksi 336.000 ton per tahun, poli propilena dengan kapasitas produksi 480.000 per tahun dan styrene dengan kapasitas produksi 340.000 ton per tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan