KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (
TPIA) mendiversifikasi bisnis ke sektor infrastruktur dan energi. Diversifikasi bisnis ini dilakukan lewat anak usahanya, yakni Chandra Daya Investasi, yang nantinya membawahi bisnis infrastruktur. Bisnis energi dijalankan oleh Krakatau Daya Listrik (KDL), bisnis air melalui Krakatau Tirta Industri, serta bisnis
jetty dan
tank lewat Redeco Petrolin Utama. Di bisnis energi, TPIA akan berfokus pada pembangkit listrik gas
combined cycle power plant (CCPP) sebesar 120 megawatt (MW). Nantinya, KDL akan berkembang menjadi Perusahaan penyedia energi baru terbarukan (EBT).
Diversifikasi ini dilakukan mengingat bisnis petrokimia adalah bisnis yang siklikal dan rentan terpapar sentimen geopolitik, misalnya karena kenaikan harga minyak.
Baca Juga: Dukung Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri, MIND ID Geber Kapasitas Produksi Aluminium “Biasanya bisnis bagus hanya 3 tahun, dan penurunannya bisa 5 tahun. Akan tetapi tergantung dari kondisi China dan industri lain,” terang Suryandi, Direktur SDM & Urusan Korpora Chandra Asri saat media visit ke kantor Kontan.co.id, Rabu (15/11). Direktur Chandra Asri Edi Rivai meyakini, kebutuhan listrik industri akan semakin meningkat. Proyeksi ini sejalan dengan pertumbuhan industri petrokimia dan hilirisasi. “Kami optimistis kebutuhan listrik akan semakin tinggi, termasuk ketersediaan bahan energi yang ramah lingkungan,” kata Edi dalam kesempatan yang sama. Selain infrastruktur dan energi, TPIA juga menggarap pengolahan air bersih. Fasilitas ini menjadi satu-satunya fasilitas terintegrasi dari unit hulu ke hilir. Sementara di bisnis
jetty dan
tank, TPIA berfokus pada pelayanan tangki dan dermaga untuk produk kimia dan minyak bumi olahan.
Baca Juga: Saham Grup Barito Melejit, Apa Rekomendasi Bagi Investor? Namun demikian, petrokimia diramal masih akan menjadi tulang punggung TPIA. Terlebih Ketika kapasitas produksi TPIA meningkat apabila pabrik Chandra Asri Perkasa (CAP) 2 rampung dibangun. Hanya saja, diversifikasi ini bisa mengimbangi bisnis petrokimia yang fluktuatif, sehingga bisa menstabilkan dari sisi
bottom line. Anak usaha PT Barito Pacific Tbk (
BRPT) ini sedang membangun pabrik
chlor-alkali dan
ethylene dichloride (pabrik CA-EDC) terintegrasi berskala dunia. Pabrik CA-EDC yang nantinya dioperasikan oleh anak usaha CAP 2, yakni PT Chandra Asri Alkali, yang akan memproduksi 500.000 metrik ton
ethylene dichloride per tahun serta lebih dari 400.000 metrik ton
caustic soda per tahun. Kehadiran pabrik EDC diharapkan dapat membantu kekurangan bahan baku di Asia Tenggara.
Dalam pembangunan pabrik ini, TPIA berkongsi dengan Indonesia Investment Authority (INA) untuk memulai kemitraan strategis. TPIA juga sudah menunjuk
licensor teknologi vinil terkemuka asal Amerika Serikat. TPIA sudah menyiapkan
land bank untuk proyek prestisius ini.
Caustic soda merupakan bahan baku penting bagi industri hilir, seperti ekstraksi alumina dan ekstraksi nikel. Edi menjabarkan, bahan baku dari
caustic soda ini adalah garam. Saat ini, garam yang dihasilkan domestik masih memiliki tingkat kemurnian 95%. Sementara tingkat kemurnian garam untuk keperluan industri minimal di 97% sampai 99%. Ini menjadi tantangan tersendiri untuk membangun ekosistem pergaraman domestik yang sesuai standar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati