Chandra Asri (TPIA) Kembali Mengejar Laba pada Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) optimistis bisa memperbaiki kinerja pada tahun ini. Sembari kembali mengejar laba bersih, anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini gencar menggelar ekspansi.

Director of HR & Corporate Affairs Chandra Asri, Suryandi, memperkirakan kondisi industri dan faktor global pada tahun ini akan lebih kondusif dibandingkan tahun lalu. Hal ini tergambar dari perbaikan kinerja TPIA sepanjang kuartal pertama 2023.

Meski belum membuka secara rinci, tapi Suryandi mengklaim TPIA berhasil mencetak kinerja yang positif pada Januari - Maret. 


"Melihat perkembangan di kuartal pertama, harga minyak sudah lebih stabil, demand tumbuh, margin lebih baik," ungkap Suryandi di sela acara buka bersama, Jum'at (14/4).

Baca Juga: Kantongi Laba Untuk Pertama Kali, Smartfren Telecom (FREN) Pertimbangkan Dividen

Surryandi berharap berbagai katalis positif yang ada di awal tahun bisa berlanjut di sisa 2023. Hanya saja, dia memprediksi kinerja bisnis akan melandai pada awal kuartal kedua karena terimbas libur Lebaran. Setelah itu, diharapkan akan kembali stabil.

Penjualan produk petrokimia TPIA memang didominasi oleh pasar domestik, porsinya hampir 90%. Meski begitu, faktor eksternal tetap menentukan kinerja TPIA. Selain normalisasi harga minyak, imbuh Suryandi, pembukaan kembali aktivitas ekonomi China menjadi katalis penting bagi industri petrokimia. 

Dia mengungkapkan, kedua faktor eksternal itu menjadi pemberat kinerja TPIA sepanjang tahun 2022. Beban TPIA membengkak terdorong harga rata-rata bahan baku yang lebih tinggi.

Harga napththa menyentuh US$ 814 per ton pada 2022, melejit dibandingkan rata-rata tahun 2021 di level US$ 659 per ton. Hal ini dipicu oleh lonjakan harga minyak mentah Brent sebesar 40% menjadi rata-rata US$ 99 per barel selama tahun 2022, ketimbang US$ 71 per barel pada 2021.

Selain itu, pada tahun lalu pasar petrokimia juga tertekan oleh pembatasan aktivitas ekonomi China. Kebijakan Zero Covid yang masih ketat membuat sejumlah industri hanya bergerak dengan skala kecil. Kondisi itu mengganggu keseimbangan supply-demand pada industri petrokimia.

"China memegang peranan sangat penting bagi industri petrokimia. Jadi yang kemarin (tahun 2022) rugi bukan TPIA, (perusahaan petrokimia) yang lain juga," ujar Suryandi.

Sekadar mengingatkan, sepanjang tahun lalu TPIA meraup pendapatan sebesar US$ 2,38 miliar, merosot 7,75% dibandingkan capaian 2021. Secara bottom line, kinerja TPIA berbalik dari laba US$ 151,98 juta pada 2021 menjadi rugi US$ 149,53 juta pada tahun 2022.

Baca Juga: Perkuat Posisi Pasar, Garudafood (GOOD) Siapkan Produk Baru pada Tahun Ini

Dengan kondisi yang lebih kondusif, Suryandi optimistis TPIA bisa mencetak top line dan bottom line positif hingga tutup tahun 2023. 

"Demand dari dalam negeri masih kuat. Kuncinya juga menjaga operasional agar tidak terjadi gangguan produksi," ungkap Suryandi

Gencar Ekspansi

Sembari memoles kinerja, TPIA juga gencar menggelar ekspansi pada tahun ini. Terbaru, TPIA menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Indonesia Investment Authority (INA) untuk mengembangkan pabrik chlor-alkali.

Pabrik ini akan memproduksi lebih dari 400.000 metrik ton per tahun caustic soda dan 500.000 metrik ton per tahun ethylene dichloride (EDC). Hanya saja, Suryandi belum merinci kebutuhan investasi untuk proyek ini.

Dia hanya mengungkapkan, proyek tersebut diharapkan bisa menuntaskan Final Investment Decision (FID) pada tahun 2023. Kemudian memulai konstruksi pada kuartal I atau Kuartal II tahun depan. 

"Kira-kira perlu tiga tahun, harapannya tahun 2026 sudah on stream," ungkap Suryandi.

Suryandi mengungkapkan, proyek chlor-alkal sebagai bagian dari konfigurasi pengembangan industri hilir di dalam kompleks Chandra Asri Perkasa (CAP2). Adapun pengerjaan proyek CAP2 mengalami pergeseran lantaran memerlukan beberapa penyesuaian imbas dari faktor global dan pandemi covid-19.

"Kami perlu hitung lagi, timing-nya juga lihat dulu perkembangan kondisi industri petrokimia. kami tinjau dalam enam bulan ini atau paling lambat akhir tahun," terang Suryandi.

Sebelumnya, TPIA juga telah mengakuisisi dua entitas usaha PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS). Yakni PT Krakatau Daya Listrik (KDL) dan PT Krakatau Tirta Industri (KTI). Dengan transaksi senilai  Rp 3,24 triliun, TPIA kini menggenggam 70% saham KDL dan 49% saham KTI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi