Chandra Asri (TPIA) Tunggu Persetujuan AMDAL untuk Proyek Senilai Rp15,7 Triliun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) masih menunggu persetujuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk pembangunan pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC) yang direncanakan berlokasi di Banten.

Proyek ini diharapkan dapat mulai konstruksi pada awal 2025 dengan nilai investasi mencapai US$1 miliar atau setara Rp15,71 triliun.  

Edi Riva’i, Direktur Chandra Asri, menyatakan bahwa dokumen AMDAL untuk proyek ini telah diajukan sejak dua tahun lalu dan pihaknya kini menanti persetujuan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hanif Faisol Nurofiq.  


Baca Juga: Chandra Asri Optimistis Jadi Perusahaan Solusi Kimia Terbesar Kelima di Asia Tenggara

“Kami berharap AMDAL bisa segera diterbitkan sehingga konstruksi dapat dimulai secepatnya pada awal 2025. Proyek ini sangat penting untuk mendukung kebutuhan domestik dan mengurangi ketergantungan pada impor,” ujar Edi dalam temu media di kawasan pabrik Chandra Asri, Banten, Senin (18/11).

Proyek pabrik CA-EDC ini akan dikelola oleh anak usaha Chandra Asri, PT Chandra Asri Alkali (CAA), dan memiliki kapasitas produksi sebesar 400.000 ton per tahun untuk kaustik soda basah serta 500.000 ton per tahun untuk ethylene dichloride (EDC).  

Kaustik soda basah, jelas Edi, merupakan bahan yang banyak digunakan dalam proses pemurnian alumina dan nikel, terutama dalam komponen baterai kendaraan listrik (EV). Sementara itu, EDC adalah bahan utama pembuatan polyvinyl chloride (PVC) yang digunakan di berbagai sektor konstruksi, seperti pipa plastik.  

“Kami juga melihat potensi besar karena permintaan domestik untuk kedua produk ini masih sangat tinggi, sementara tingkat impor juga signifikan. Dengan pabrik ini, kami ingin mengurangi net impor dan memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri,” tambah Edi.  

Chandra Asri juga menggandeng Indonesia Investment Authority (INA) untuk mendukung pendanaan dan pengembangan proyek ini. Kemitraan ini, kata Edi, diharapkan dapat memberikan nilai tambah dalam hal investasi dan kolaborasi dengan BUMN, seperti Inalum, untuk memperkuat ekosistem industri nasional.  

 
TPIA Chart by TradingView

“INA sudah menandatangani MoU untuk partisipasi investasi di CAA. Ini adalah langkah strategis karena INA bisa berkolaborasi dengan BUMN lainnya untuk mendukung pertumbuhan industri petrokimia di Indonesia,” jelasnya.  

Ia menjelaskan, proyek ini akan menggunakan teknologi terkini dari Asahi Kasei Chemicals Jepang, menjamin efisiensi dan keberlanjutan produksi. Namun, Edi juga menekankan pentingnya pengawalan proyek oleh Satgas Investasi untuk meminimalkan potensi gangguan sosial di wilayah sekitar pabrik.  

“Kami mengusulkan agar proyek ini diawasi oleh Satgas Investasi agar pelaksanaannya lebih terkontrol, baik dari segi perizinan, dampak sosial, maupun pengelolaan lingkungan. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kami ingin memastikan proyek ini memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan industri,” ujarnya.  

Dengan nilai investasi yang besar dan dampak strategisnya, Chandra Asri berharap pemerintah dapat segera memberikan persetujuan AMDAL untuk menjaga momentum investasi. “Kami optimis proyek ini dapat mendukung pertumbuhan industri petrokimia dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global,” pungkasnya.

Selanjutnya: Jadi Polemik, Le Figaro Hapus Berita Persetujuan Pengiriman Rudal SCALP oleh Prancis

Menarik Dibaca: Universitas Ciputra Ajak Mahasiswa Ikut Pameran SIAL Interfood 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .