Chatib Basri: 5,1 juta pekerjaan akan hilang



KONTAN.CO.ID - Perkembangan teknologi yang pesat akan membuat pekerjaan manusia semakin efisien sehingga jumlah pekerja akan berkurang. Bila perkembangan inovasi teknologi ini, terutama yang terkait dengan perubahan kegiatan ekonomi (disruptive innovation) terjadi, lapangan pekerjaan akan semakin sempit. Advisory Board Chairman Mandiri Institute Muhammad Chatib Basri mengatakan, dengan demikian daya saing antar individu semakin ketat. Adapun potensi downsizing perusahaan meningkat sehingga menyebabkan bertambahnya pengangguran. Menurutnya, akan ada sekitar 5,1 juta pekerjaan yang hilang di dunia karena terkikis teknologi. Oleh karena itu, untuk menyiasati hal ini diperlukan kemampuan untuk beradaptasi dan berinovasi. “Tanpa inovasi, perusahaan baik skala besar maupun kecil tidak bisa bertahan," kata Chatib di Fairmont Hotel, Jakarta, Selasa, (26/9). Ia menyebutkan beberapa pekerjaan yang akan hilang. Pertama, pegawai kantor pos seiring dengan mudahnya saat ini untuk berkirim pesan melalui pesan elektronik. Kedua, resepsionis maupun sekretaris yang akan tergantikan oleh mesin atau robot. Ketiga, pekerja di industri perangkat keras. “Peran perangkat keras atau hard disk juga akan tergantikan oleh teknologi cloud untuk menyimpan data. Akibatnya, para pekerja pembuat hard disk juga akan hilang,” kata dia.

Keempat, perbankan yang akan terganggu bisnis modelnya karena tersaingi oleh fintech. Kelima, perusahaan berbasis telekomunikasi yang terganggu bisnisnya akibat teknologi yang lebih mutakhir seperti rencana Google yang ingin membuat semacam balon yang terbang (Google Loon) untuk memancarkan sinyal internet ke daerah-daerah. Akibatnya, menurut dia, akan banyak orang yang akan menjadi jobless. Pendapatan buruh pun akan semakin kecil dan ketimpangan akan semakin tinggi. Oleh karena itu, regulator harus mengejar perkembangan inovasi ini. Dalam hal ini, pemerintah perlu memiliki kebijakan publik dan fiskal yang bisa cepat berubah mengikuti perkembangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dessy Rosalina