Chatib Basri: Mengejar pertumbuhan ekonomi 5,3% tahun ini tidak mudah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang diumumkan International Monetary Fund (IMF) dinilai tidak berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. Pasalnya, dari sisi fundamental, ekonomi Indonesia masih kuat untuk tumbuh.

Pengamat Ekonomi Chatib Basri mengatakan, target pertumbuhan ekonomi Indonesia  sebesar 5,3% masih bisa dicapai.  Meski demikian target pertumbuhan sebesar itu tidak mudah dicapai. Namun, dengan pencapaian positif sepanjang tahun lalu, Chatib meyakini pemerintah dapat menjaga pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,1%-5,2% sepanjang tahun ini.

"Tidak mudah dalam situasi global seperti saat ini, tapi kalau masih bicara dalam range yang sama sebetulnya tidak masalah, Yah itu perdebatan 5,3% cuman menunjukkan bahwa ekonom punya rasa humorlah." ujar Chatib, Selasa (22/1).


Mantan Menteri Keuangan ini menjelaskan, meskipun tidak mudah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3%, lebih tinggi dari outlook 2018 sebesar 5,2%. Target tersebut dengan asumsi konsumsi rumah tangga pada tahun depan diprediksi tumbuh 5,1% dan konsumsi pemerintah tumbuh 5,4%. Adapun pembentukan modal tetap bruto tumbuh 7%, ekspor 6,3% dan impor 7,1%.

Ada beberapa indikator lain seperti harga komoditi yang mengalami penurunan yakni, kelapa sawit dan batubara terutama di luar pulau Jawa. Meski demikian, ia meminta pemerintah mewaspadai tren penurunan harga komoditas sawit, karet, dan batu bara dengan tingkat kalori rendah yang secara bertahap terus menurun sejak kuartal ketiga 2018.

"Ini yang nanti akan berpengaruh ke ekspor. Penerimaan pemerintah dari sektor itu juga akan terkena efeknya," kata Chatib.

Menurut Chatib dengan adanya kebijakan fiskal, terutama Dana Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH) akan turut andil untuk meningkatkan daya beli. "Jadi gross kita bisa bertahan dari situ." ucapnya.

Chatib menyarankan, pemerintah mengantisipasi dampak penurunan daya beli pada sejumlah daerah penghasil komoditas di luar Jawa. "Kalau diantisipasi dengan baik dari sisi fiskal, saya melihat kita bisa manage situasi seperti yang terjadi di 2018," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli