JAKARTA. Menteri Keuangan Chatib Basri mengklaim, perekonomian Indonesia hingga saat ini masih stabil. Meskipun, kondisi ekonomi Indonesia masih dipengaruhi oleh pelemahan ekonomi global dan regional. "Dari indikator yang ada, sudah ada perbankan dan indikasi dari semuanya, dari dua minggu yang lalu atau sejak Agustus 2013, dari respons semua kebijakan yang dirilis, sudah ada hasil yang positif," kata Chatib selepas rapat Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 18/10/2013). Ia menilai, mulai ada tanda-tanda stabilisasi sektor keuangan sebagai respons dari kebijakan pemerintah. Baik dari sisi inflasi, nilai tukar, kondisi pasar modal, dan indikator makro lainnya. Namun, Chatib juga melihat bahwa kondisi perekonomian domestik ini masih dipengaruhi oleh kondisi global dan regional yang tidak menentu sehingga pemerintah juga perlu mewaspadai risiko terhadap gejolak yang ada. "Yang perlu kita waspadai adalah pengendalian neraca transaksi berjalan (current account), ini masih jadi konsen kita," tambahnya. Hal senada disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo di tempat yang sama. Pihaknya, sebutnya, juga tetap mengantisipasi terhadap apa yang terjadi di global dan regional. "Di Oktober ini, kondisi perekonomian dan pasar uang dalam kondisi stabil," kata Agus. Mantan menteri keuangan ini menganggap, kondisi eksternal saat ini telah mengalami perubahan. Di negara maju, ekonomi mereka sudah mulai ada perbaikan. Namun, di negara berkembang perekonomiannya cenderung mengalami penurunan. Imbasnya, ada dampak aliran dana asing yang masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini tentu saja akan berimbas ke nilai tukar rupiah dan indikator perekonomian lainnya. Kondisi di dalam negeri, Agus juga mencermati terutama soal indikator neraca transaksi berjalan. Sampai saat ini, pemerintah akan fokus mengurangi defisit transaksi neraca berjalan tersebut agar tidak membebani keuangan negara. "Kami harapkan defisit transaksi berjalan ini di tahun depan bisa kurang dari 3 persen dan di tahun 2015 bisa di bawah 2 persen," jelasnya. Begitu juga dengan kondisi inflasi dengan terjadinya deflasi pada September 2013. Namun, secara tahunan diperkirakan masih di level 9-9,8 persen. "Kurs masih stabil namun depresiasi secara tahunan di sekitar 15-16 persen (ytd)," tambahnya. (Didik Purwanto/Kompas.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Chatib Basri: Perekonomian Indonesia Stabil
JAKARTA. Menteri Keuangan Chatib Basri mengklaim, perekonomian Indonesia hingga saat ini masih stabil. Meskipun, kondisi ekonomi Indonesia masih dipengaruhi oleh pelemahan ekonomi global dan regional. "Dari indikator yang ada, sudah ada perbankan dan indikasi dari semuanya, dari dua minggu yang lalu atau sejak Agustus 2013, dari respons semua kebijakan yang dirilis, sudah ada hasil yang positif," kata Chatib selepas rapat Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 18/10/2013). Ia menilai, mulai ada tanda-tanda stabilisasi sektor keuangan sebagai respons dari kebijakan pemerintah. Baik dari sisi inflasi, nilai tukar, kondisi pasar modal, dan indikator makro lainnya. Namun, Chatib juga melihat bahwa kondisi perekonomian domestik ini masih dipengaruhi oleh kondisi global dan regional yang tidak menentu sehingga pemerintah juga perlu mewaspadai risiko terhadap gejolak yang ada. "Yang perlu kita waspadai adalah pengendalian neraca transaksi berjalan (current account), ini masih jadi konsen kita," tambahnya. Hal senada disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo di tempat yang sama. Pihaknya, sebutnya, juga tetap mengantisipasi terhadap apa yang terjadi di global dan regional. "Di Oktober ini, kondisi perekonomian dan pasar uang dalam kondisi stabil," kata Agus. Mantan menteri keuangan ini menganggap, kondisi eksternal saat ini telah mengalami perubahan. Di negara maju, ekonomi mereka sudah mulai ada perbaikan. Namun, di negara berkembang perekonomiannya cenderung mengalami penurunan. Imbasnya, ada dampak aliran dana asing yang masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini tentu saja akan berimbas ke nilai tukar rupiah dan indikator perekonomian lainnya. Kondisi di dalam negeri, Agus juga mencermati terutama soal indikator neraca transaksi berjalan. Sampai saat ini, pemerintah akan fokus mengurangi defisit transaksi neraca berjalan tersebut agar tidak membebani keuangan negara. "Kami harapkan defisit transaksi berjalan ini di tahun depan bisa kurang dari 3 persen dan di tahun 2015 bisa di bawah 2 persen," jelasnya. Begitu juga dengan kondisi inflasi dengan terjadinya deflasi pada September 2013. Namun, secara tahunan diperkirakan masih di level 9-9,8 persen. "Kurs masih stabil namun depresiasi secara tahunan di sekitar 15-16 persen (ytd)," tambahnya. (Didik Purwanto/Kompas.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News