Chatib Basri sebut investasi baru bisa tumbuh di 2022, ini alasannya



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ekonom Senior Chatib Basri mengatakan tahun ini sampai dengan tahun depan merupakan periode survival Indonesia dalam hal ekonomi karena dampak pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19). Kondisi ini membuat investasi di dalam negeri bakal lesu.

Menteri Keuangan RI tahun 2013-2014 ini menyebut, investasi baru bisa tumbuh di tahun 2022. Seiring dengan recovery ekonomi. Kata Chatib Basri, sampai dengan akhir tahun depan ekonomi Indonesia belum akan kembali ke titik normal.

Hitungan dia, sesuai dengan informasi dari pemerintah setidaknya paling cepat vaksin Covid-19 bisa ditemukan di awal tahun depan, dengan periode vaksinasi sekitar satu tahun. Maka menurutnya wajar, di periode survival bila investor terutama investor asing menahan keinginannya untuk menanamkan modal di Indonesia.


“Karena ngapain menambah investasi untuk ekspansi? Karena protokol masih berjalan, sekarang proses menuju recovery, mungkin periode setelah kondisi ekonomi normal.  Dugaan saya hitungan sederhana kondisi normal di 2022. Jadi itu hanya bisa akan terjadi kalau pandeminya bisa teratasi,” kata Chatib Basri dalam acara dialog virtual, Senin (9/11).

Baca Juga: Harus ada perlakuan berbeda bagi industri pendukung sustainability

Setali tiga uang, Chatib Basri mengatakan investasi swasta di tahun 2022 bakal menggeliat. Asalkan diimbangi dengan reformasi investasi oleh pemerintah. Misalnya, mempercepat perizinan atau birokrasi di tingkat daerah, serta memperbaiki ICORE Indonesia.  

Kendari demikian, Chatib Basri menyebut pemerintah musti hati-hati dalam membuat regulasi yang terkait denganb lingkungan. Sebab, itu jika nyatanya berdampak buruk itu akan mempengaruhi pembiayaan investasi dari asing. “Karena sekarang arah pembiayaan investasi itu bersifat green,” kata dia.

Chatib Basri menambahkan, dalam periode survival, yang terpenting pemerintah harus bisa menjaga agar ekonomi tidak terpuruk dan bisa menjaga daya beli masyarakat. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang melemah bukan masalah besar saat ini.

Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada kuartal III-2020 minus 6,48% year on year (yoy). Jauh lebih rendah daripada kuartal III-2020 yang positif 4,21% yoy.

Meski lebih rendah daripada periode sama tahun lalu, pencapaian PMTB itu lebih baik dibandingkan kuartal II-2020 yang kontraksi 8,61% yoy.

Selanjutnya: Survei evaluasi prakerja catat 11% peserta tak lagi jadi pengangguran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli