Chatib Basri Sebut Kenaikan Harga Beras Lebih Bahaya Ketimbang Harga BBM, Kenapa?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga beras masih menjadi soal bagi pergerakan inflasi, setidaknya hingga Oktober 2023.  Dari Data Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras menjadi komoditas penyumbang andil inflasi terbesar, sejak Agustus 2023. Ini sehubungan dengan fenomena kekeringan panjang atau El Niño. 

Peneliti Ekonomi Senior Chatib Basri mengungkapkan, kenaikan harga beras perlu diwaspadai. 

“Beras merupakan komoditas politik. Paling sensitif. Bila harga beras naik, maka efeknya akan lebih besar dirasakan masyarakat,” tutur Chatib dalam acara BTPN Economic Outlook 2024 di Jakarta, Rabu (22/11). 


Chatib bahkan mengaku, saat ia pernah menjabat sebagai menteri keuangan, ia lebih takut bila ada kenaikan harga beras, bila dibandingkan dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). 

Baca Juga: Kepala BKF Sebut Rupiah Masih Mampu Menguat di Tengah Ketidakpastian Global

Pasalnya, efek kenaikan harga BBM muncul secara tidak langsung. Nah, kalau harga beras naik, maka efeknya langsung dirasakan oleh masyarakat. 

“Ini akan langsung datang efeknya. Jadi, kalau harga beras naik, bukan tidak mungkin maka persentase kemiskinan naik. Karena memang kenaikan harga beras paling sensitif,” tambahnya. 

Untuk mengantisipasi kenaikan harga beras tersebut, Chatib pun mengimbau pemerintah untuk menjaga suplai dan memberikan bantuan sosial. 

Ia mengapresiasi langkah pemerintah untuk memberi tambahan bantuan beras sebesar Rp 2,67 triliun dan bantuan langsung tunai (BLT) El Niño sekitar Rp 7,52 triliun.  Menurutnya, ini akan mengurangi beban masyarakat di tengah masa sulit yang sedang berlangsung. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi