KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai tantangan dan risiko menghadang prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tantangan yang dihadapi Indonesia, setidaknya dalam jangka pendek hingga jangka menengah, sehubungan dengan kenaikan harga komoditas, era suku bunga tinggi, hingga kenaikan harga pangan. Peneliti Ekonomi Senior Chatib Basri mengungkapkan, rintangan tersebut akan memberi dampak pada Indonesia, yang menyebabkan otoritas perlu sigap mengambil langkah antisipatif.
Pertama, era suku bunga tinggi akan membuat Bank Indonesia (BI) harus sign dalam menyusun strategi dalam menjaga pasar keuangan Indonesia.
Baca Juga: Laju Perekonomian Indonesia 2024 Bakal Hadapi Rintangan “BI Sama menjaga stabilitas sektor keuangan akan bergantung dengan dunia eksternal. Kemudian menentukan langkah. Ini enter menaikan suku bunga atau mengambil bauran kebijakan,” terang Chatib dalam acara BTPN Economic Outlook 2024 di Jakarta, Rabu (22/11).
Kedua, serangan yang terjadi di Hamas, bila meluas di Timur Tengah akan mendorong kenaikan harga minyak yang tentu saja akan memengaruhi harga dalam negeri. Ini berkaitan dengan bagaimana langkah pemerintah dalam menyikapinya. Tak mungkin pemerintah membebankan kenaikan pada konsumen, sehingga mau tak mau ada tambahan subsidi energi.
Ketiga, kenaikan harga beras akibat fenomena kekeringan atau El Niño. Chatib bilang, kenaikan harga beras sangat sensitif dengan daya beli masyarakat.
Baca Juga: Chatib Basri: 1% Perlambatan Ekonomi China, Gerus 0,3% Pertumbuhan Ekonomi RI Sehingga, perlu juga uluran tangan dari pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat, dengan memberikan tambahan bantuan sosial.
Keempat, langkah-langkah yang diambil pemerintah itu tentu akan memberi beban baru bagi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). “Sehingga tahun ini dan tahun depan, beban fiskal sangat berat. Beban subsidi BBM dan beban jamin harga beras bisa stabil, menjadikan ruang fiskal tidak akan terlalu banyak,” tandas Chatib. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli