Chatib: Trade balance bisa surplus US$ 600 juta



JAKARTA. Pemerintah optimistis neraca perdagangan atau trade balance bulan November 2013 bisa kembali mengalami surplus cukup tinggi seperti bulan Oktober 2013. Menteri Keuangan Chatib Basri memperkirakan, neraca perdagangan bisa surplus hingga US$ 600 juta. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan neraca perdagangan pada bulan Oktober lalu, yang hanya surplus sebesar US$ 50 juta.Ada beberapa hal yang membuat pemerintah cukup optimistis dengan perkiraannya itu. Pertama, karena terjadinya penurunan jumlah impor non migas pada bulan November. Chatib mengklaim, penurunan itu dampak dari berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah, seperti penambahan tarif bea masuk untuk barang mewah.Meskipun begitu, penurunan impor itu sebagian terjadi di sektor non migas. Sementara, untuk impor migas Chatib memperkirakan masih akan terjadi defisit. Walaupun masih defisit, Chatib yakin impor migas ke depan bisa berkurang. Bahkan hingga akhir tahun, ia memperkirakan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bisa di bawah target sebesar 48 juta kilo liter, yaitu bisa mencapai hanya 46 juta kl."Mudah-mudahan trend neraca perdaganagn surplus ini bisa berlanjut di bulan Desember," ujar Chatib, Rabu (31/12) di Jakarta.Sementara itu Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menambahkan, selain dari sisi impor neraca perdagangan bisa mengalami surplus karena peningkatan ekspor, terutama untuk produk minyak kelapa sawit alias Crude Palm Oil (CPO).  Bambang melihat perbaikan kondiisi perekonomian global telah mendorong harga jual CPO di dunia.Selain dari sisi harga, kenaikan ekspor CPO juga terjadi dari sisi volume. Pertumbuhan ekonomi dunia yang membaik telah meningkatkan permintaan CPO. Dengan peningkatan baik dari sisi volume dan harga, kombinasi ini mendorong perbaikan nilai ekspor.Sejalan dengan pendapat Pemerintah, ekonom Bank Danamon Anton Gunawan mengatakan kemungkinan neraca perdagangan akan mengalami sedikit surplus. Anton memperkirakan pengaruh pelambatan ekonomi sangat besar dalam menurunkan impor barang konsumsi. "Di sisi lain pertumbuhan ekonomi AS dan China juga berpengaruh dalam mendorong ekspor," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie