JAKARTA. Bulan Maret ini, PT Cheetham Garam Indonesia akan melakukan importasi garam industri sebanyak dua kapal dari Australia. Garam impor itu untuk melayani permintaan garam bagi sektor industri. Arthur Tanudjaja, Presiden Direktur Cheetam bilang, pihaknya baru mendatangkan garam bulan Maret karena Januari-Februari lalu, Cheetham sibuk menyerap garam rakyat. "Dua bulan ini kami belum importasi," kata Arthur kemarin (29/2). Meski tidak merinci besar volumenya, mulai Maret, anak usaha Cheetham Salt Ltd asal Australia ini akan mengimpor sebanyak dua kapal dari Australia. Arthur memperkirakan, harga beli garam impor itu mencapai US$ 60 per ton sampai US$ 70 per ton. Tahun 2011 lalu, PT Cheetam mengimpor 70.000 ton garam, namun Cheetam juga menyerap garam rakyat sebanyak 10.000 ton. Arthur mengklaim, garam impor memiliki keunggulan dari garam rakyat, terutama dari kandungan natrium klorida (NaCl) yang mencapai 98% dan tingkat kotorannya hanya 0,002%. Guna mendukung swasembada garam, Cheetam juga tengah mendirikan pabrik garam industri di di Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sayangnya, investasi tersebut mengalami gangguan karena perusahaan terbelit kasus pembebasan tanah yang belum jua selesai.
Cheetham mulai mengimpor garam mulai Maret
JAKARTA. Bulan Maret ini, PT Cheetham Garam Indonesia akan melakukan importasi garam industri sebanyak dua kapal dari Australia. Garam impor itu untuk melayani permintaan garam bagi sektor industri. Arthur Tanudjaja, Presiden Direktur Cheetam bilang, pihaknya baru mendatangkan garam bulan Maret karena Januari-Februari lalu, Cheetham sibuk menyerap garam rakyat. "Dua bulan ini kami belum importasi," kata Arthur kemarin (29/2). Meski tidak merinci besar volumenya, mulai Maret, anak usaha Cheetham Salt Ltd asal Australia ini akan mengimpor sebanyak dua kapal dari Australia. Arthur memperkirakan, harga beli garam impor itu mencapai US$ 60 per ton sampai US$ 70 per ton. Tahun 2011 lalu, PT Cheetam mengimpor 70.000 ton garam, namun Cheetam juga menyerap garam rakyat sebanyak 10.000 ton. Arthur mengklaim, garam impor memiliki keunggulan dari garam rakyat, terutama dari kandungan natrium klorida (NaCl) yang mencapai 98% dan tingkat kotorannya hanya 0,002%. Guna mendukung swasembada garam, Cheetam juga tengah mendirikan pabrik garam industri di di Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sayangnya, investasi tersebut mengalami gangguan karena perusahaan terbelit kasus pembebasan tanah yang belum jua selesai.