Chevron Corp alokasi belanja modal US$ 18,3 miliar



KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Perusahaan minyak tak agresif menganggarkan belanja modal untuk tahun depan. Salah satunya, Chevron Corporation yang menyiapkan belanja modal untuk tahun 2018 lebih kecil 4% dibandingkan tahun 2017 dan menjadi yang terendah dalam empat tahun terakhir.

Perusahaan berkode saham CVX ini menganggarkan belanja modal sebesar US$ 18,3 miliar untuk tahun depan. Rencananya, Chevron akan memanfaatkan anggaran ini untuk eksplorasi minyak dan gas bumi sebesar US$ 15,8 miliar. Lalu, untuk penyulingan, pemasaran dan petrokimia sebesar US$ 2,2 miliar, serta biaya operasional sebanyak US$ 300 juta.

Jika dirinci, belanja modal terbagi untuk bisnis hulu dan hilir. Misal untuk bisnis hulu, dana sekitar US$ 8,7 miliar akan menopang aset produksi termasuk senilai US$ 3,3 miliar untuk eksplorasi di Permian Basin, Texas dan US$ 1 miliar untuk investasi minyak serpih. Kemudian, untuk bisnis hilir sekitar US$ 2,2 miliar seperti mendistribusikan pelumas, aditif dan petrokimia.


CEO Chevron John S Watson mengatakan, anggaran tahun 2018 mencerminkan peningkatan efisiensi dan tingkat investasi yang tinggi. Pada rencana tahun 2018, Chevron harus memberikan pertumbuhan produksi yang tetap kuat serta arus kas yang solid. "Ke depan, belanja modal antara tahun 2018 hingga 2020 akan berkisar antara US$ 17 miliar-US$ 22 miliar per tahun," kata Watson seperti yang dilansir Reuters, Kamis (7/12).

Keputusan pemangkasan anggaran belanja modal ini membuat saham Chevron turun. Tercatat, harga saham turun US$ 0, 78 jadi US$ 119,61 per saham pada penutupan perdagangan, Rabu (6/12). Secara tahunan, harga saham Chevron hanya naik kurang dari 2% di tahun ini.

Perusahaan yang berbasis di San Ramon, California ini memperkirakan pengeluaran anggaran untuk tahun ini akan kurang dari US$ 19 miliar. Angka ini turun dari posisi anggaran sebesar US$ 19,8 miliar di tahun lalu.

Asal tahu saja, belanja modal Chevron per kuartal ketiga 2017 hanya sekitar setengah dari anggaran tiga tahun lalu. Anggaran yang tak maksimal ini karena terjadi penurunan belanja di beberapa proyek jangka panjang seperti di Australia dan tempat lain.

Keruntuhan harga minyak sejak 2014 silam telah memangkas pendapatan.

Editor: Dessy Rosalina